Jokowi: Meski Indeks Korupsi RI Naik, Banyak yang Harus Dibenahi

Skor Corruption Perception Index (CPI) Indonesia tahun 2015 Indonesia menjadi 36 dan menempati urutan ke 88 dari 168 negara.

oleh Nila Chrisna Yulika diperbarui 04 Feb 2016, 09:47 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2016, 09:47 WIB
20151118-Keterangan-Pers-Jokowi-FF
Presiden Joko Widodo memberikan keterangan pers terkait kisruh pencatutan namanya dan wapres Jusuf Kalla di Istana Negara, Jakarta, Rabu (18/11/2015). Kasus tersebut kini sudah dibawa ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo mengatakan, indeks persepsi korupsi di Indonesia saat ini sudah membaik. Hal ini dikatakan Jokowi merujuk pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Transparency International (TI) pada tanggal 27 Januari 2016.

Dalam rilis itu diumumkan bahwa skor Corruption Perception Index (CPI) Indonesia tahun 2015 Indonesia menjadi 36 dan menempati urutan ke 88 dari 168 negara.

"Indeks persepsi korupsi Indonesia membaik, naik 2 poin," kata Jokowi dalam akun Twitter-nya seperti dikutip Liputan6.com di Jakarta, Kamis (4/2/2016).

Seperti disampaikan Direktur Program Transparency International Indonesia (TII) Ilham Saenong dalam launching Corruption Perceptions Index 2015 di Jakarta pada Rabu 27 Januari 2016, skor tersebut memang hanya naik 2 poin dibandingkan pencapaian tahun 2014, namun dari sisi peringkat antarnegara terjadi kenaikan cukup signifikan, yaitu 19 peringkat.

Tahun sebelumnya, peringkat Indonesia masih berada di atas 100 negara, tepatnya di posisi 107. Skor CPI menggunakan rentang dari 0 hingga 100, dengan 0 menandakan bahwa sebuah negara dipersepsikan sebagai sangat korup, sebaliknya 100 dipersepsikan sangat bersih.

lham menilai, membaiknya nilai IPK itu karena ada upaya perbaikan birokrasi. Implikasi dari perbaikan tersebut langsung dirasakan oleh masyarakat yang bisa menikmati pelayanan publik lebih baik, misalnya pelayanan imigrasi atau pembuatan surat izin mengemudi.

Selama ini, CPI yang telah diluncurkan sejak tahun 1995 merupakan pengukuran tentang situasi korupsi yang telah menjadi referensi utama banyak negara dunia, termasuk Indonesia.

CPI merupakan sebuah indeks komposit yang mengukur persepsi para pelaku usaha dan para pakar terhadap korupsi di sektor publik, yaitu korupsi yang dilakukan oleh politisi, pegawai negeri dan penyelenggara negara.

Dari hasil CPI 2015, menurut rilis TI, bahwa Indonesia merupakan satu-satunya negara ASEAN yang mengalami kenaikan kembar, yaitu naik skor dan naik peringkat. Hal ini, mengindikasikan adanya progres pemberantasan korupsi di Indonesia, meskipun pelan.

Namun, dengan hasil ini, Jokowi mengaku masih banyak yang perlu diperbaiki. "Namun masih banyak yang perlu dibenahi," ujar mantan Wali Kota Solo itu.

Secara relatif, skor Indonesia memang masih kalah dengan Thailand, Malaysia dan Singapura, namun kenaikan skor CPI Indonesia semakin mendekati rerata regional ASEAN yang mencapai 40, Asia Pasifik (43) dan global (43). Sementara untuk mengejar G20 dengan rerata 54, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan.

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya