Mensos: PSK Kalijodo Korban Rentenir dan Dijerumuskan

Mensos Khofifah menawarkan 2 pilihan kepada PSK di Kalijodo.

oleh Muslim AR diperbarui 17 Feb 2016, 18:22 WIB
Diterbitkan 17 Feb 2016, 18:22 WIB
20160217-Kalijodo-Jakarta-Khofifah-Indar-Parawansa-GMS
Mentri Sosial Khofifah Indar Parawansa memberikan keterangan kepada wartawan usai meninjau Lokalisasi Kalijodo, Jakarta, Rabu (17/2). (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansah menduga, para pekerja seks komersil (PSK) yang bekerja di kafe-kafe Kalijodo, Penjaringan, Jakarta Utara adalah korban ketidakmampuan ekonomi. Namun, Khofifah juga meyakini, beberapa dari mereka merupakan korban dari rentenir, penipuan, hingga perdagangan manusia.

"Ada di antara mereka yang mungkin terjebak hutang, hutang itu melilit mereka dan memaksa mereka membayarnya dengan cara ini. Ada juga yang dijanjikan karyawan, tapi nyatanya dijerumuskan ke sini," ujar Khofifah di Kalijodo, Rabu (17/2/2016).

Karena itu, terkait data para PSK yang diduga 'terjebak' di Kalijodo, Khofifah mengaku telah menurunkan tim khusus.

"Kita sudah ada tim khusus yang mendata, saya juga sudah berkomunikasi dengan tokoh sini," jelas dia.

Namun, sampai hari ini Khofifah belum menyebutkan berapa orang di Kalijodo yang menjadi korban dan akhirnya berprofesi sebagai WTS. "Kita masih mendata dan itu harus disurvei dulu."

2 Pilihan

Khofifah datang ke Kalijodo bersama rombongan Kementerian Sosial (Kemensos) untuk menyelamatkan para WTS yang akan digusur. Mereka ditawarkan 2 pilihan penyelamatan, yakni ikut pelatihan keterampilan atau menjadi karyawan di perusahaan-perusahaan yang bekerja sama dengan Kemensos.

Data yang dihimpun Liputan6.com di lokasi, terdapat sekitar 300 PSK. Namun, menurut catatan Kelurahan Pejagalan, PSK yang aktif di Kalijodo hingga awal Januari 2016 ada 132 orang.

"Itu yang kami data setiap harinya tinggal di Kalijodo, namun kan banyak juga PSK yang tak tinggal di Kalijodo," ujar seorang sumber yang enggan menyebutkan namanya di Kelurahan Pejagakan kepada Liputan6.com.

Menurut sumber tersebut, para PSK tersebut tak semuanya yang ingin bekerja sebagai 'kupu-kupu malam'. Ada beberapa di antara mereka yang dipaksa, terjerumus, ditipu, dan akhirnya terpaksa tetap menjadi PSK.

"Mereka banyak juga yang dipaksa, sebab germo di sana kejam pada mereka," jelas dia.

Dari pantauan sejak Senin 15 Februari lalu, banyak PSK yang sudah hengkang dari lokasi hiburan malam itu. Mereka ada yang pulang kampung, mengungsi ke tempat teman, atau memilih mengunci diri di kafe-kafe yang jumlahnya 60 tempat itu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya