Strategi Polri Memburu Teroris Santoso

Tim TNI-Polri yang tergabung dalam Operasi Tinombala telah mempelajari strategi pelarian kelompok Santoso.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 25 Mei 2016, 19:15 WIB
Diterbitkan 25 Mei 2016, 19:15 WIB
Ilustrasi Tangkap Teroris
Ilustrasi Tangkap Teroris (Liputan6.com/M.Iqbal)

Liputan6.com, Jakarta - Aparat di Sulawesi Tengah mengaku kesulitan memburu kelompok teroris pimpinan Santoso. Walaupun, jumlah kelompok Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) itu tinggal 20 orang.

Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Polisi Rudy Sufahriadi mengatakan, medan perburuan ada di pelosok hutan belantara di Poso, Sulawesi Tengah. Inilah salah satu alasan prajurit Operasi Tinombala kesulitan mencari Santoso.

"Seperti mencari jarum di atas jerami, tetapi tetap kami harus cari," kata Rudy ketika memberikan keterangan pers di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Rabu (25/5/2016).

Menurut dia, kelompok Santoso saat ini terpencar di beberapa titik. Hal tersebutlah yang juga menjadi kendala pihaknya melakukan penangkapan.

"Sebenarnya semakin besar kelompok yang kita cari, maka makin cepat kita dapatkan. Tapi semakin terpecah dia semakin kecil kelompoknya, maka akan semakin sulit mencarinya," ungkap Rudy.


Tetapi, dia mengaku telah mempelajari strategi pelarian kelompok Santoso. Oleh karena itu, dia dan jajarannya telah memiliki strategi khusus untuk memburu kelompok ini.

"Mereka menggunakan teknik gerilya, kita pun menggunakan teknik gerilya antigerilya dengan teknik memecah anggota," kata Rudy.

Terbukti, sambung dia, strategi ini cukup ampuh untuk menangkap sejumlah anggota kelompok Santoso. Meski tidak langsung dapat menangkap seluruh buronan, cara ini dapat mempersempit dan menekan pergerakan Santoso cs.

"Selama Operasi Tinombala sudah 15 orang kelompok teroris Santoso ditangkap. Empat orang hidup dan 11 lainnya ditembak mati," tandas Rudy.

Operasi Tinombala merupakan operasi perburuan Santoso yang melibatkan pasukan TNI dan Polri.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya