Liputan6.com, Jakarta - Konstelasi politik jelang Pilkada DKI 2017 mulai memanas. Gambaran siapa sosok calon gubernur (cagub) yang akan bertarung di ajang lima tahunan itu perlahan mulai terlihat.
Satu nama yang yang dipastikan maju sebagai kontestan adalah Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Mantan Bupati Belitung Timur itu akhirnya maju sebagai cagub melalui partai politik setelah sebelumnya berkoar maju melalui jalur independen.
Tiga parpol resmi menjadi kendaraan Ahok untuk mempertahankan kursi gubernur. Partai itu adalah Nasdem (5 kursi), Hanura (10 kursi) dan Golkar (9 kursi). Dengan total 24 kursi DPRD dari gabungan tiga partai tersebut, Ahok tinggal menunggu ketokan palu Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk resmi menjadi cagub di Pilkada DKI.
Advertisement
Berdasarkan data KPU DKI Jakarta, jumlah kursi DPRD DKI sebanyak 106 kursi yang diisi 10 partai politik. Untuk bisa mengusung pasangan bakal calon gubernur, dibutuhkan sedikitnya 22 kursi. Dengan jumlah 24 kursi yang ada saat ini, batas minimal syarat pencalonan Ahok telah tercapai.
Lalu, siapa yang akan jadi lawan Ahok?
Meski telah menggodok dan mengerucutkan sejumlah nama, saat ini baru Partai Gerindra yang berani memunculkan nama. Partai berlambang burung garuda itu mengusung kadernya sendiri, Sandiaga S Uno untuk diadu dengan Ahok.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Pouyono mengatakan, keputusan itu diumumkan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto saat rakornas di Lembah Hambalang Desa Bojong Koneng Bogor Jawa Barat, Jumat 29 Juli 2016.
"Itu dinyatakan langsung oleh Pak Prabowo dalam rakornas dan memang belum diumumkan secara resmi ke publik," ucap Arief kepada Liputan6.com, Jumat.
Menurut dia, pilihan Prabowo jatuh ke Sandiaga lantaran Sjafrie Sjamsoeddin mundur dari pencalonan. "Sjafrie sudah mundur," tegas Arief.
Selain mundurnya Sjafrie, lanjut Arief, dasar ditunjuknya Sandiaga adalah karena kader sendiri dan bisa mengalahkan Ahok. "Pertimbangan jelas, Gerindra akan dorong kadernya sendiri dong. Dan kita yakin kok, Sandiaga akan kalahkan Ahok dengan mudah," ungkap Arief.
Menurut dia, dengan Ahok maju lewat jalur parpol, akan banyak kader partai pendukung tak memilihnya. "Kita tahulah mesin partai pendukung Ahok itu pasti akan lemot, karena kader partai pendukung Ahok tidak akan pilih Ahok," tutup Arief.
Ketua DPD DKI Gerindra Mohamad Taufik mengatakan, pertimbangan partainya memilih Sandiaga karena berasal dari internal partai dan masih muda.
Selain itu, Sandiaga dinilai mempunyai karakter santun dan beradab. Seperti yang banyak diinginkan masyarakat Jakarta. "Sandi juga pintar, santun dan beradab. Yang lain juga begitu, cuma Sandi kan memang kader internal," tukas Taufik.
Taufik menyatakan partainya belum menentukan siapa calon pendamping Sandiaga. Dia akan berkomunikasi dengan partai-partai di luar pendukung Ahok.
"Belum, kita akan mulai Senin (1 Agustus 2016) akan komunikasikan dengan partai-partai yang tidak mendukung Ahok," ungkap pria yang juga Wakil Ketua DPRD DKI itu.
Komunikasi juga akan dilakukan dengan PDIP yang saat ini belum memutuskan siapa cagub yang akan di usung di Pilkada DKI.
PDIP - PKS Ketemuan
Meski sejumlah partai telah memastikan nama yang diusung di Pilkada DKI Jakarta, PDIP belum juga memunculkan nama. Pelaksana Tugas DPD PDIP DKI Jakarta Bambang DH mengatakan partainya tak akan langsung mengambil keputusan.
"PDI Perjuangan tidak akan tergesa-gesa (untuk memutuskannya)," ucap Bambang.
Dia menganggap biasa saja majunya Ahok melalui jalur partai. "Biasa saja (pengumuman Ahok maju lewat parpol)," ujar Bambang.
Selain membangun komunikasi dengan calon yang akan diusung, PDIP juga membuka komunikasi dengan partai lain. Mereka menggelar pertemuan tertutup dengan jajaran pengurus Dewan Pengurus Wilayah Partai Keadilan Sejahtera (DPW PKS) DKI di Matraman, Jakarta Timur, Sabtu, 30 Juli kemarin.
"Iya benar tadi kita bertemu dengan PKS," ucap Bambang kepada Liputan6.com, Sabtu.
Dia pun mengungkapkan, dalam pertemuan tersebut, PDIP dan PKS sebagai mencari sosok cagub DKI yang arif dan bijaksana.
"Jakarta ini banyak warga yang pintar, tegas, berani, jujur, peduli pada lingkungan, punya komitmen pada penegakkan hukum. Tetapi yang arif dan bijaksana tidak mudah. Sepakat figur pemimpin seperti itu kan tidak sulit diterjemahkan," ungkap dia
Dia menambahkan, perlunya sosok seperti itu agar gubernur DKI tidak membodohi warganya.
"Jangan sampai dapat pemimpin pinter tapi minteri warganya. Tegas dan berani, tidak harus di ekspresikan dengan teriak sana-sini, salahkan sana-sini," jelas Bambang.
Karena itu, dia berharap dengan arif dan bijaksana tersebut, bisa peduli dengan DKI dan penegakan hukum.
"(Dengan arif dan bijaksana) bisa lebih peduli terhadap lingkungan dan komitmen pada penegakan hukum, tidak harus diekspresikan dengan tebang pilih gusur sana-sini," tutup Bambang.
Dukungan untuk Risma
Ada pemandangan berbeda saat Car Free Day (CFD) atau hari bebas kendaraan di Bundaran Patung Kuda, Jakarta Pusat. Seratus lebih anak muda berkostum oranye itu memanggil Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini atau akrab disapa Risma.
Berdasarkan pantauan Liputan6.com, massa yang berasal dari Jaklovers itu memanfaatkan momentum CFD untuk melakukan aksi bersih-bersih. Dengan membawa sapu lidi dan kantung plastik, mereka memunguti sampah di sekitar Bundaran Patung Kuda atau tepatnya di silang Monas Barat.
Anggota tim media Jaklovers, Hendi Wijanarko, mengatakan aksi ini sebagai simbol bahwa masyarakat membutuhkan sosok pemimpin yang benar-benar mampu mengubah Jakarta lebih baik. Apalagi, kinerja Risma sebagai seorang pemimpin tidak bisa diragukan lagi.
"Kita acaranya antara lain menyapu sampah. Bu Risma, kan, ke mana-mana selalu bawa sapu. Jadi secara simbolis, pesannya ingin menyapu bersih keburukan di Jakarta. Ini kan misinya memanggil Bu Risma," ujar Hendi, Jakarta Pusat, Minggu 31 Juli 2016.
Selain itu, acara ini juga ditujukan untuk menggalang dukungan supaya Risma bersedia maju pada Pilkada DKI 2017. Diharapkan dengan tingginya animo masyarakat yang menginginkan Risma memimpin Jakarta, partai politik bersedia mengusungnya.
"Kita memang belum ada pembicaraan dengan parpol mana pun. Kita misinya lebih ke menyuarakan membutuhkan pemimpin yang bisa memimpin Jakarta. Intinya, kita memperkenalkan ke masyarakat sosok yang ingin kita usung," Hendi menjelaskan.
Neno Warisman, selaku pendiri Jaklovers mengucapkan terima kasih banyak kepada masyarakat Jakarta dan Surabaya.
Artis senior itu mengklaim, sejak Jaklovers dideklarasikan, dukungan terus mengalir dari berbagai pihak agar Risma bersedia memimpin Jakarta.
"Ini menandakan ada kerinduan akan pemimpin baru di Jakarta. Pemimpin yang tegas dan berani, tetapi tetap santun. Pemimpin yang merindukan rakyatnya bahagia," kata dia.
"Pemimpin yang tidak bisa tidur kalau ada rakyatnya tidak bisa makan. Pemimpin yang turun langsung terlibat memberi motivasi rakyatnya. Dan itulah bu Risma," ucap Neno.
Politikus PDIP Masinton Pasaribu tak membantah ada nama lain di luar nama-nama yang telah terjaring saat ini. Menurut dia, nama Risma memang masuk dalam pertimbangan PDIP guna diboyong ke Jakarta untuk ikut pertarungan Pilkada DKI.
"Dengar-dengar, sayup-sayup seperti itu. Ada nama Bu Risma muncul dari bawah. Kami belum memirit dompetnya Bu Mega (Megawati Soekarnoputri/Ketum PDIP). Kalau diintip, nanti kami dituduh copet," ucap Anggota Komisi III DPR.
Masinton tak menyangkal, Risma merupakan sosok yang bagus. Figur fenomenal yang tak kalah dengan Joko Widodo dalam menggetarkan peta perpolitikan. Bahkan, figur-figur internal PDIP itu muncul juga karena kehendak masyarakat.
Karena itu, Masinton melihat terbuka peluang PDIP mengusung Risma untuk Pilkada DKI 2017. Sebab, bukan tak mungkin, Risma bisa seperti Jokowi yang menjadi pemimpin karena keinginan masyarakat.
"Fenomenanya seperti 2012 lalu seperti Pak Jokowi. Ini menjadi bahan pertimbangan kami juga nantinya. Bukan PDIP (yang ingin Risma ke DKI), justru kita kaget yang mau itu dari kelompok relawan dan warga Jakarta yang menginginkan (calon) alternatif lain," kata Masinton.
Nama Agus Yudhoyono Muncul
Partai Demokrat masih menggodok nama-nama yang akan diusung di Pilkada DKI Jakarta 2017. Ketua DPD DKI Jakarta Demokrat Nachrowli Ramli menuturkan, pihaknya sudah mengirim delapan nama kandidat untuk dibahas lebih lanjut di DPP.
"Kita sudah setor nama ke DPP. Ada delapan nama. Kita setor dan kasih tahu apa plus minus mereka. Ada Pak Yusril, Pak Sandiaga, Pak Idrus, Haji Lulung, Wanita Emas Hasnaeni, Biem Benyamin, sama satu lagi kita lapor semua ke DPP," kata Nachrowli, dalam acara Ulang Tahun ke 40 Pernikahan SBY-Ani, di Ballroom Djakarta Theatre, Sabtu 30 Juli 2016.
Meski sudah mengirim nama-nama itu, bisa saja yang diusung di luar dari daftar itu. Nachrowi menuturkan DPP memiliki kewenangan menentukan kandidat calon gubernur.
Salah satu kandidat yang dianggap pantas dan punya elektabilitas tinggi adalah putra SBY, Letkol TNI Agus Harimurti Yudhoyono.
"Beliau (Pak Agus) brilian, orang pintar, bekalnya cukup. Pak Agus komandan batalion yang memimpin 700 orang, sudah memadai kepemimpinannya atau leadership. Pengalaman juga sudah banyak. Peluang itu ada (jadi cagub DKI Jakarta yang diusung Partai Demokrat)," ucap pria yang akrab disapa Bang Nara itu.
Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarief Hasan menyatakan, partainya masih melihat-lihat tokoh yang akan diusung di pilkada nanti.
Anggota Komisi I DPR ini pun enggan menyebutkan siapa saja nama-namanya. "Kita belum evaluasi. Kita kan dalam taraf mengevaluasi mereka semua," kata Syarief, Jumat 29 Juli 2016.
Syarief juga tidak ambil pusing dengan keputusan Ahok yang maju lewat parpol. "Itu haknya dia. Kita masih dalam tahap evaluasi sekarang ini," ujar Syarief