BNPB: Tidak Ada Peningkatan Aktivitas Vulkanik Gunung Rinjani

Sutopo mengatakan, berdasarkan laporan dari Pos Pengamatan Gunung Rinjani PVMBG, secara visual letusan tak terdeteksi karena tertutup kabut.

oleh Rochmanuddin diperbarui 01 Agu 2016, 19:45 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2016, 19:45 WIB
Gunung Rinjani
Gunung Rinjani (Wikitravel)

Liputan6.com, Jakarta - Aktivitas vulkanik atau erupsi Gunung Rinjani masih normal. Pengamatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) secara visual, hingga pukul 17.30 WIB tidak terlihat adanya kepulan asap di puncak kawah.

"Tidak ada peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Rinjani," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, dalam keterangan tertulisnya, Senin (1/8/2016).  

Kendati demikian, Sutopo mengimbau masyarakat agar tidak melakukan pendakian atau berkunjung ke radius 1,5 kilometer dari kawah Gunung Rinjani dengan puncak Barujari yang terletak di kaldera Rinjani.

Sutopo menjelaskan, erupsi Gunung Rinjani diduga akibat gempa bumi berkekuatan 5,6 SR di kedalaman 18 km, yang kemudian diralat Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), menjadi 5,7 SR dengan kedalaman 22 km berpusat di 63 km arah barat laut Kabupaten Dompu, NTB, pada pukul 06.40 WIB.

"Diduga telah menyebabkan Gunung Rinjani dengan puncak Barujari meletus pada pukul 11.50 Wita. Guncangan gempa bumi tersebut dirasakan masyarakat di Desa Sembalun di sekitar lereng Gunung Rinjani, dengan intensitas 3 MMI," kata dia.

"Adanya guncangan gempa menyebabkan tekanan dari dalam perut Gunung Rinjani, sehingga menimbulkan letusan," sambung Sutopo.

Sutopo mengatakan, berdasarkan laporan dari Pos Pengamatan Gunung Rinjani PVMBG, secara visual letusan tidak terdeteksi karena tertutup kabut.

Sedangkan berdasarkan pantauan satelit Himawari dari BMKG pada pukul 11.50 WIB, lanjut Sutopo, terdeteksi distribusi awan ke selatan. "Pada pukul 13.00 hingga 15.00 WIB, abu vulkanik menyebar ke Tenggara-Barat Laut di Lombok bagian selatan."

Penutupan Bandara Lombok

Menurut Sutopo, akibat adanya sebaran abu vulkanik yang masuk hingga Bandara Internasional Lombok, menyebabkan otoritas bandara dan Kementerian Perhubungan menutup operasional bandara tersebut.

"(Penutupan) terhitung mulai Senin (1 Agustus 2016) pukul 16.55 Wita hingga Selasa (2 Agustus 2016) pukul 10.00 Wita," kata dia.

Penutupan Bandara Internasional Lombok, kata Sutopo, dilakukan dengan pertimbangan keselamatan penerbangan. Karena pilot tidak dapat secara visual mendeteksi VA setelah periode sunset.

"Pertimbangan lain, adanya material abu vulkanik (Gunung Rinjani) dapat mengganggu mesin pesawat terbang," pungkas Sutopo.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya