Mendikbud: Pelajaran Bahasa Tak Perlu Diubah Jadi Kesusastraan

Yang akan dilakukan bukan pada perubahan nama mata pelajaran, tapi penguatan materi kesusastraan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 31 Agu 2016, 16:23 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2016, 16:23 WIB
20160727-Mendikbud Muhadjir Effendy-Jakarta
Muhadjir Effendy menjadi Menteri Pendidikan menggantikan Anies Baswedan (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan saat ini belum diperlukan untuk mengganti mata pelajaran Bahasa Indonesia menjadi Kesusastraan. Bagi Muhadjir, yang terpenting isi pelajaran, bukan penamaan mata pelajaran.

"Tidak harus. Yang penting kontennya, kandungannya. Kemasannya boleh apa saja, yang penting kan isinya," kata Muhadjir di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (31/8/2016).

Menurut dia, materi kesusastraan sudah ada dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia yang selama ini dipelajari di sekolah. Jadi, tak perlu mengganti nama mata pelajaran.

"Itu kan melekat namanya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, itu otomatis di dalamnya ada kesusastraan, termasuk tata bahasa, kemudian kosa kata, itu kan menyatu," jelas Muhadjir.

Yang akan dilakukan nantinya bukan pada perubahan nama mata pelajaran, tapi menurut dia penguatan materi kesusastraan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Kurikulum 2013 yang diterapkan saat ini juga dinilai cukup mendukung kegiatan siswa untuk lebih aktif mengaplikasikan kesusastraan dalam kehidupan sehari-hari.

"Karena ini nanti kita menggunakan pendekatan baru, kurikulum 2013 itu kan lebih mengutamakan siswa aktif atau CBSA (cara belajar siswa aktif). Sehingga nanti anak dilatih berekspresi, membikin puisi sendiri, diajak berimajinasi jadi lebih didorong anak. Itu namanya anak didorong bersastra," pungkas Muhadjir.

Sebelumnya, sastrawan Ahmad Tohari memberikan usul kepada Presiden Joko Widodo untuk menguatkan kesusastraan dalam mata pelajara di Indonesia. Bahkan, kalau perlu nama mata pelajaran Bahasa Indonesia diubah menjadi kesusastraan.

"Jadi pelajaran Bahasa Indonesia itu harusnya nempel ke pelajaran Kesusastraan. Sastralah yang menjadi jalur utama sebab sastra inilah yang membangun karakter," ujar Tohari.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya