Liputan6.com, Garut - Perjuangan korban banjir bandang Garut dan korban longsor Sumedang masih terus berlanjut. Para pelajar belum bisa bersekolah sementara untuk tetap bertahan hidup mereka masih bergantung pada bantuan logistik di dapur darurat.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Selasa (27/9/2016), hari ke-7 pasca-banjir kegiatan belajar mengajar di SMK dan SMP PGRI Garut, Jawa Barat diisi dengan membersihkan sekolah dari lumpur sisa banjir. Banjir tidak hanya menghanyutkan peralatan belajar mereka tapi turut merobohkan bangunan sekolah. Kerugian sekolah akibat terjangan banjir mencapai Rp 1 miliar.
Perjuangan pelajar korban bencana alam untuk belajar juga terlihat dari ratusan siswa sekolah dasar negeri Karangmulya yang berlokasi di Dusun Mulyasari, Kecamatan Sumedang Selatan.
Advertisement
Agar tetap bersekolah, mereka terpaksa harus belajar di dalam tenda-tenda darurat. Hal ini dilakukan sebagai antisipasi dari rubuhnya bangunan sekolah yang rusak berat akibat longsor.
Di sisi lain, agar korban bencana banjir bandang tetap bertahan hidup Yonif Rider 303 Cibuluh, Garut, Jawa Barat terus memasuk logistik ke dapur darurat yang berlokasi di wilayah Cimacan, Tarogong. Dapur ini harus menyediakan sedikitnya 15 ribu nasi bungkus setiap hari.
Juru masak dibantu oleh personel TNI bekerja sama untuk mempersiapkan makanan sehat dan bergizi.