Pidato Lengkap Jokowi di HUT ke-44 PDIP

Berkumpul di tengah kader PDIP, membuat Jokowi teringat saat-saat penetapan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 10 Jan 2017, 15:18 WIB
Diterbitkan 10 Jan 2017, 15:18 WIB
20170110-Pidato-Jokowi-HUT-PDIP-FF8
Presiden Jokowi berpidato saat HUT PIDP ke-44 di JCC, Jakarta Pusat, Selasa (10/1). Dalam acara tersebut kehadiran presiden diiringi tepuk tangan yang bergemuruh selama perjalanan Jokowi masuk menuju kursi yang disediakan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menghadiri acara HUT ke-44 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Dalam HUT PDIP itu, Jokowi memberikan sambutan dan membeberkan kondisi Indonesia saat ini.

Berkumpul di tengah kader PDIP, membuat Jokowi teringat saat-saat penetapan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila. Sebelum pidato, dia meminta para kader meneriakkan salam perjuangan.

"Saya ingin mengajak semuanya untuk meneriakkan salam perjuangan empat kali, merdeka, merdeka, merdeka, merdeka," ujar Jokowi di acara HUT PDIP, di Assembly Hall JCC, Jakarta, Selasa (10/1/2017).

Berikut pidato lengkap Presiden Jokowi:

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh
Selamat pagi, salam sejahtera bagi kita semua, om swastiatu, mano budaya.

Yang saya hormati Presiden ke-5 Republik Indonesia ibu Megawati Soekarnoputri sekaligus Ketua umum PDI Perjuangan. Yang saya hormati para menteri kabinet kerja, yang saya hormati Bapak Tri Sutrisno, yang saya hormati ketua-ketua umum partai yang pada pagi hari ini hadir, yang saya hormati para senior, dewan pimpinan pusat dan daerah PDI Perjuangan serta kader-kader PDI Perjuangan di mana pun berada. Dari satgas anak ranting, rantig, PAC, DPC, DPD, DPP.

Hadirin dan undangan yang berbahagia,

Pada hari ini kita sangat berbahagia sekali di ulang tahun PDI Perjuangan ke-44. Oleh sebab itu, saya ingin mengajak semuanya untuk meneriakkan salam perjuangan empat kali, merdeka, merdeka, merdeka, merdeka. Dan nanti juga akan saya tutup dengan salam perjuangan kemerdekaan kita.

Ibu Megawati, bapak, ibu, dan saudara saudara sekalian yang saya hormati. Hadir dalam acara ulang tahun PDI Perjuangan ke -44 ini, saya jadi ingat ketika acara penetapan1 Juni sebagai hari Lahir Pancasila di Bandung tahun lalu. Hari lahir ideologi yang jadi jiwa bangsa Indonesia, ideologi yang mempersatukan kita dalam satu rumah kebangsaan Indonesia, ideologi yang menjadi ruh utama pergerakan PDI Perjuangan sebagai partai ideologis seperti sering disampaikan dan yang tadi sudah disampaikan oleh ibu ketua umum PDI Perjuangan.

Ibu Mega, hadirin yang berbahagia. Pada kesempatan ini yang berbahagia ini saya ingin menyampaikan beberapa hal yang berkaitan dengan posisi kita saat ini. Kemudian tantangan-tantangan yang ada, kemudian kebijakan-kebijakan yang telah kita ambil dan nantinya akan kami sampaikan dengan data-data dan angka-angka yang sudah kita peroleh dalam dua tahun ini.

Yang pertama, yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi. Kita patut berbahagia bahwa pada tahun 2016 pada semester II ekonomi kita 5,18. Oh... pada triwulan kedua. Kemudian pada triwulan yang ketiga, turun sedikit menjadi 5,02 dan kita harap tahun ini ekonomi akan tumbuh paling tidak minimal 5,1 persen.

Tapi kalau kita bandingkan dengan negara-negara lain, angka ini membanggakan kita. Bandingkan misalkan kita dengan India, ya dengan India kita masih di bawah sedikit, dengan Tiongkok kita juga masih di bawahnya sedikit. Tapi dibanding dengan Malaysia, dengan Jepang, dengan Rusia, dengan Brazil, dengan Meksiko kita jauh lebih baik dari mereka. Kalau di negara-negara G20 kita pada angka nomor tiga.

Saya kira sebuah angka yang patut kita banggakan, karena dalam perlambatan ekonomi dunia yang sangat berat sekarang ini, angka sebuah angka sangat baik.

Kemudian yang berkaitan tantangan kita. Tantangan kita yang berat sekarang ini adalah ketimpangan, kesenjangan. Ketimpangan antara kaya dan miskin, ketimpangan antarwilayah ini tantangan kita.

Beberapa tahun lalu angka Gini Ratio kita, angka kesenjangan kita adalah 0,41. Pada dua tahun ini bisa diturunkan sedikit menjadi 0,379, ini yang kita syukuri.

Tetapi kalau kita bandingkan dengan negara lain, misalnya Tiongkok, India, Filipina, Malaysia, Thailand, angka kita lebih baik di sisi Gini Ratio. Tetapi juga ini patut kita waspadai hal yang satu ini. Masalah kesenjangan.

Yang kedua berkaitan dengan pengangguran. Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya ada penurunan, yaitu turun 0,31 persen. Ini harus kita sampaikan karena negara-negara lainnya pada angka naik.

Kemudian yang berkaitan dengan kemiskinan ini juga menjadi tantangan. Tapi patut kita syukuri juga angka kemiskinan pada Maret 2013 berada pada 10,86 turun sedikit 0,36 persen. Ini juga patut kita syukuri.

Kemudian kebijakan ekonomi apa yang kita ambil pada posisi-posisi seperti itu. Tantangan pengangguran, tantangan kemiskinan, tantangan kesenjangan dan ketimpangan. Yang sekarang ini baru dalam proses kita siapkan adalah sebuah kebijakan ekonomi Pancasila, sebuah kebijakan ekonomi gotong royong yang sebentar lagi kita sampaikan pada rakyat.

Intinya adalah ekonomi yang berkeadilan, intinya adalah ekonomi yang ada pemeratannya. Percuma pertumbuhan ekonimi tinggi tapi apabila tidak merata dan hanya dinikmat segelintir orang ini adalah hal yang sangat percuma.

Oleh sebab itu, kebijakan yang kita ambil membangun dari pinggiran, membangun dari pulau terdepan, membangun dari desa. Menurut saya itulah ekonomi Pancasila yang sekarang ini terus kita mulai agar kesenjangan agar pemerataan itu betul betul kita kurangi sebesar-besarnya di negara kita.

Seperti pembangunan perbatasan di Entikong di Kalimantan Barat. Dua tahun lalu, pada Desember saat saya ke Entikong, yang namanya gedung imigrasi, gedung karantina, gedung bea cukai itu kayak kandang. Betul-betul kayak kandang, saya enggak menyampaikan kandang apa tapi kandang.

Dan saat itu juga saya perintahkan kepada Menteri PU, seminggu dua minggu maksimal gedung harus diruntuhkan dan saya beri waktu dua tahun membangunnya. Bukan karena masalah kemewahan bukan karena gedung itu harus bagus tapi ini adalah etalase terdepan negara kita yang kebanggaan kita yang menjadi harga diri kita yang menjadi martabat kita.

Dan sebulan lalu sudah kita resmikan. Fotonya ada di gambar, nanti kalau saya enggak bawa foto ada yang masih meragukan.

Yang kedua, ada di NTT yang berbatasan. Sekarang mohon maaf, sekarang yang di Entikong bapak ibu dan saudara saudara sekalian, kalau mau membandingkan yang di seberang dengan yang miliki, kita saya jamin lima kali lebih baik dari yang di sana.

Yang di NTT juga sama yang di Motaain, sebelumnya sama dengan kantor kelurahan saja, lebih baik kantor kelurahan, tapi sekarang bisa kita lihat di gambar. Dibandingkan dengan negara yang sebelah, saya jamin juga minimal tiga kali lebih baik.

Ini penduduk di Kabupaten Belu di Atambua dulu sering foto-foto dengan gedung di sana, sekarang orang-orang di sana fotonya di tempat kita. Sekali lagi, ini masalah harga diri, ini masalah kebanggaan, ini masalah nasionalisme, ini masalah martabat yang harus kita terus kerjakan.

Yang di Motamasin, ini juga masih di NTT. Masih di wilayahnya Pak Frans Liburaya. Ini belum diresmikan tapi gambarnya sudah saya ambil waktu saya ke sana. Kalau dibandingkan dengan yang sebelah juga saya jamin tiga kali lipat lebih baik.

Kemudian pulau pulau terdepan. Pada tahun lalu kita resmikan bandara di Pulau Miangas yang juga sudah saya coba. Saya datang ke Pulau Miangas di sana ada kurang lebih 200 KK, 800 jiwa, pulaunya kecil, saya muter di sana dan sekarang ada bandaranya meskipun pesawatnya kecil yang penting ada rutin seminggu sekali pesawat ke Miangas yang penting ada dan harus ada. Karena ini pulau terdepan bangsa kita.

Kemudian Pulau Natuna juga sama kita perpanjang runway-nya, kemudian saat ini dalam proses pengembangan industri perikanan kawasan perikanan yang sudah kita mulai tahun yang lalu yang mungkin tahun ini atau pertengahan tahun ini akan diselesaikan sehingga pulau terdepan kita ini juga akan ramai dengan kegiatan kegiatan ekonomi.

Inilah yang tadi saya sampaikan di depan, bahwa pemerataan itu kita mulai dari pulau terdepan, dari pinggiran, dari desa karena potensi-potensi yang ada itu perlu kita kembangkan.

Kemudian berkaitan dengan dana desa. Tahun 2015 anggaran kita 20,5 triliun, tahun 2016 ada 47 triliun, dan 2017, 60 triliun. Yang dikerjakan saat ini memang baru fokus pada infrastruktur desa, jalan desa, baik irigasi, baik jembatan-jembatan.

Setiap saya ke daerah saya selalu mampir, untuk mengecek apakah dana desa itu digunakan pada sasaran yang tetap pada hal-hal yang merupakan keinginan masyarakat. Alhamdulillah yang kita lihat penggunaan dana desa sangat bagus di lapangan, sehingga diharapkan tahun ini akan lebih kelihatan karena dananya mencapai Rp 60 triliun.

Kemudian berkaitan dengan ketimpangan harga. Saya sampaikan semen misalnya di Jawa harganya Rp 70 ribu, di Papua terutama di Puncak, di pegunungan di Wamena di Lanijaya harganya bisa sampai Rp 800 ribu sampai Rp 2,5 juta. Dan juga masalah yang berkaitan dengan BBM. 

Tahun yang lalu ternyata harga BBM di Jawa harganya Rp 6.450, saya juga baru dengar setelah tiga kali ke Papua tahun lalu. Di Papua ternyata harganya ada yang Rp 40 ribu, Rp 60 ribu dan pada bulan tertentu bisa Rp 100 ribu per liter.

Tetapi tahun yang lalu, tiga bulan lalu harga BBM di Papua telah kita samakan dengan harga BBM di Jawa jadi Rp 6.450. Ini bukan masalah harga, ini adalah masalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kita masih punya PR masalah yang saya sampaikan di depan masalah semen. Kita akan terus berusaha harga nantinya juga sama dengan harga semen di Jawa.

Karena tol laut kita belum rampung sepenuhnya. Kalau 2016 rutenya masih rute-rute, sudah tambah walaupun belum ramai tapi 2017 rutenya akan ramai.

Dengan tambahan trayek rute seperti yang ada di gambar saya yakini harga harga yang telah dilalui akan menurunkan harga harga di seluruh tanah air. Tidak hanya di Papua tapi juga bisa masuk NTT bisa masuk ke Maluku dan Maluku Utara dan daerah-daerah lain.

Kemudian yang berkaitan pemerataan juga perlu kami sampaikan bahwa sampai saat ini telah dibagi Kartu Indonesia Sehat sebanyak 88 juta, kemudian Kartu Indonesia Pintar pada akhir tahun 2016 juga sudah dibagi 17 juta.

Ini untuk memberi kepastian bahwa anak-anak kita bisa belajar dan rakyat kita terutama dari keluarga yang belum sejahtera bisa akses pelayanan kesehatan baik di puskesmas maupun di rumah sakit tanpa dipungut biaya. Tahun ini juga akan kita tambah Kartu Indonesia Pintar dan Kartu Indonesia Sehat.

Ketiga yang berkaitan redistribusi aset, land reform. Sudah kita mulai pada Desember sebulan yang lalu untuk pembagian lahan pada tanah adat meskipun baru kita bagi pada 13 tanah adat tapi tahun ini Insya Allah akan bertambah banyak karena dengan pemberian konsesi tanah adat, pemberian konsesi pada rakyat, pemberian konsesi pada koperasi saya rasa inilah yang saya katakan di depan bahwa ekonomi Pancasila ekonomi gotong royong benar-benar konsesi itu dinikmati rakyat bukan hanya segelintir masyarakat kita.

Sekarang ini kita kantongi 12,7 juta hektare yang akan segera kita bagikan kepada rakyat, yang akan kita bagikan pada tanah adat, yang akan segera kita bagikan pada koperasi-koperasi yang ada di tanah air.

Saya kira itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini dan untuk menutup sambutan saya pada ulang tahun PDI Perjuangan yang ke-44 sekali lagi dengan mendorong pemerataan kehidupan sosial ekonomi seluruh rakyat akan merasa berdiri di tanah air yang sama Indonesia, seluruh rakyat akan merasa hidup di rumah kebangsaan yang sama Indonesia.

Karena itu saya sangat mengapresiasi, saya sangat menghargai tema hari ulang tahun PDI Perjuangan ke-44 yaitu Rumah Kebangsaan untuk Indonesia Raya. Sesuai dengan semangat Bung Karno bahwa negara Indonesia adalah negara semua buat semua.

Saya harap kerja sama pemerintah dengan PDI Perjuangan ke depan semakin erat, semakin produktif untuk menuju Indonesia Raya. Selamat Ulang Tahun PDI Perjuangan ke-44.

Merdeka, merdeka, merdeka, merdeka.

Wassalamualaikum, selamat pagi, om santi santi santi om, namo budaya.

 

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya