Liputan6.com, Jakarta Sebuah spanduk dengan bernada provokasi terpasang di sebuah masjid di Karet, Setiabudi, Jakarta Selatan. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, masjid seharusnya menjadi perekat persaudaraan umat dan bangsa.
"Marilah kita jadikan rumah ibadah sebagai tempat yang paling aman, dan karenanya tidak boleh justru menjadi tempat sumber munculnya keresahan dan pertikaian antarkita," ujar Menag Lukman dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Sabtu (25/2/2017).
Pernyataan tersebut adalah respons terkait munculnya tulisan-tulisan yang menolak mensalatkan jenazah para pembela dan pendukung penista agama.
Advertisement
Menag berharap semua pihak bisa menahan diri untuk tidak menyampaikan ujaran atau memasang spanduk atau selebaran yang justru bisa merusak persatuan umat dan bangsa.
Menurut Menag, dalam suasana dengan tensi politik yang kian meninggi, umat beragama harus dapat menempatkan ajaran agama sebagai faktor perekat ikatan persaudaraan sebangsa.
"Nilai-nilai kemanusiaan harus menjadi arah pengamalan ajaran agama sehingga persatuan dan kesatuan bangsa tetap terjaga," kata Menag.
Untuk itu, Menag mengajak seluruh penanggungjawab, pengurus, dan pengelola rumah ibadah, untuk tidak menjadikan rumah ibadah sebagai tempat yang bisa memicu konflik antarsesama umat beragama.
"Janganlah perbedaan pilihan politik dan keyakinan paham keagamaan sampai memutus hubungan persaudaraan kita seagama, sebangsa, dan persaudaraan sesama umat manusia," kata Lukman.
Jagad media sosial dibuat heboh dengan beredarnya sebuah spanduk yang terpasang di sebuah masjid. Tulisan tersebut bernada provokasi dengan menolak mengurusi jenazah.
"Masjid Ini Tak Mensholatkan Jenazah Pendukung dan Pembela Penista Agama", demikian tulisan tersebut terpampang di spanduk. Liputan6.com berupaya mencari alamat masjid tersebut untuk mengkonfirmasi yang menjadi buah bibir di lini masa, Kamis 23 Februari 2017.
Masjid tersebut bernama Al-Jihad dan beralamat di Karet, Setiabudi, Jakarta Selatan. Salah satu pengurus masjid, Yayat Supriyanto, mengatakan bahwa spanduk tersebut sudah terpasang sejak tiga hari lalu.
"Yang bener itu, kami mensalatkan jenazah, foto itu tak seperti kenyataan. Itu jamaah kami, jamaah sini," kata Yayat.
Kamis siang, 23 Februari 2017, pihak kelurahan menemui pengurus masjid. Mereka bahkan mengaku sudah berdiskusi dengan pihak kelurahan, polisi, dan KUA setempat.
"Wajar ada konfirmasi dari kelurahan, dan KUA kecamatan, kami diminta jangan pasang di auning depan masjid, orang kelurahan minta menurunkan dari auning dan menempelkan di pagar masjid aja," kata Yayat yang juga sekretaris masjid Al-Jihad.
Tidak Terkait Pilkada
Yayat menampik bahwa pemasangan spanduk tersebut ada kaitannya dengan Pilkada Jakarta.
"Ini gak ada kaitannya sama Pilkada-pilkadaan, ini untuk jamaah yang terang-terangan mendukung, kalau mereka mau pilih di bilik suara itu bukan tanggung jawab kita, kita akan tetap salatkan, karena kita kan gak tau mereka pilih siapa, ini khusus untuk yang dukung penista Agama secara terang-terangan," kata Yayat.
Selain foto spanduk, terdapat juga foto saat beberapa jemaah mengurusi jenazah. Yayat mengatakan, akibat disandingkannya foto pengurusan jenazah dengan spanduk seolah pengurus masjid menolak mengurusi jenazah.
"Banyak orang yang salatin tadi, masjidnya jadi penuh," kata Yayat.