Liputan6.com, Bogor - Presiden Joko Widodo atau Jokowi heran melihat kondisi masyarakat belakangan ini, yang kerap meributkan hal yang seharusnya tak perlu lagi diperdebatkan, terutama soal pembangunan. Padahal, momentum yang baik sedang dimiliki Indonesia saat ini.
Jokowi menyebutkan, saat ini pemerintah pusat sudah mengantongi predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) pada laporan keuangan 2016. Kemudian, Indonesia juga mendapat kepercayaan internasional dalam hal invesment grade atau kelayakan investasi.
Baca Juga
"Sekarang ini kesempatan emas itu ada di depan kita. Jangan masuk ke dalam framing saling menghujat, saling menyalahkan, saling berdebat yang enggak ada habisnya. Itu adalah sebuah kepercayaan," kata Jokowi saat acara Penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LHP LKPP) Tahun 2016 di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (23/5/2017).
Advertisement
Berbicara soal invesment grade, kata Jokowi, Indonesia sudah lama tertinggal negara tetangga. Sebut saja Singapura, Malaysia, Vietnam, dan Thailand. Karena itu, Presiden tak mau kondisi ini terus berjalan tanpa perbaikan.
"Apa kita mau begini terus? Endak. Kita harus mengejar, kita harus bekerja keras dan kita mempunyai potensi dan kekuatan itu," dia menegaskan.
Menurut Jokowi, banyak negara yang dulu belajar dari Indonesia justru sekarang jauh lebih maju. Sebut saja pembangunan Jalan Tol Jagorawi sepanjang 50 km pada 1977. Dulu, Tiongkok datang ke Indonesia untuk mempelajari itu.
Sekarang, Jokowi melanjutkan, dalam kurun 40 tahun Indonesia hanya bisa membangun 780 km jalan tol. Ini berbanding jauh dengan Tiongkok yang bisa membangun 280 ribu km jalan tol.
"Kita ini mau bangun jalan tol ribut masalah lahan, ramai masalah pembebasan lahan, bolak balik ramai, setop, enggak berjalan karena masalah ini dan tidak kita selesaikan dalam kurun waktu bertahun-tahun," ungkap dia.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengatakan, keluhan serupa juga terjadi pada pembangunan kereta cepat sepanjang 148 km, termasuk pembangunan MRT yang sekarang mulai berjalan.
"Waktu kita bangun MRT itu ramainya itu 26 tahun. Sudah direncanakan 26 tahun. Ramainya untung rugi, baik tidak. Wong negara lain sudah bangun dan itu bermanfaat kok, bermanfaat masih kita debatkan apanya?" ujar dia.
Memang, Jokowi melanjutkan, secara perhitungan bisnis untuk bidang transportasi massal pasti rugi. Tapi, bila dinilai dari manfaat bagi masyarakat, tentu sangat besar.
"Kalau hitungannya ekonomis atau tidaknya, benefit-nya bagi negara ya itu untung. Wong tiap tahun kita rugi, hilang uang kita Rp 27 triliun di Jakarta karena macet," Jokowi menandaskan.