Liputan6.com, Jakarta - Setelah mengggelar Operasi Kilat Badik 2017 selama tujuh hari, TNI AU melalui Komandan Pangkalan Angkatan Udara Sam Ratulangi (Danlanudsri) Manado, Kolonel Penerbang Arifaini Nur Dwiyanto membeberkan hasil pantauan mereka.
"Kami memantau ada pergerakan sejumlah kapal baik yang dari Filipina ke Indonesia, maupun sebaliknya. Namun ini adalah kapal cargo dan kontainer, yang mengikuti rute barat ke timur, dan bukan utara ke selatan. Artinya semua kondisi masih normal," papar Arifaini didampingi Kapten Pilot Operasi Kilat Badik Skuadron Lima Letkol Penerbang Hilman Ambarita, Jumat 9 Juni 2017 malam, di Pangkalan AU Manado.
Arifaini menambahkan, sejumlah pulau yang menjadi objek pengamatan adalah Pulau Marore, Pulau Miangas, dan Pulau Marampit.
Advertisement
"Tapi juga pulau-pulau kecil di sekitarnya, termasuk yang tidak berpenghuni," ujar Arifaini yang juga bertindak sebagai Komandan Satuan Pelaksana Operasi (Dansatlakops).
Arifaini mengatakan, dalam operasi udara itu belum ditemukan adanya gerakan yang mencurigakan.
"Operasi Kilat ini kami lakukan untuk melihat dan mengawasi langsung wilayah perbatasan Indonesia dan Filipina," ujar dia.
Dia mengatakan, hasil dari operasi itu nantinya akan diberikan kepada petugas yang ada di lautan sebagai bahan pertimbangan, juga sebagai laporan kepada pimpinan.
Kapten Pilot Operasi Kilat Badik Skuadron Lima, letkol Penerbang Hilman Ambarita menambahkan, Operasi Kilat Badik ini menggunakan pesawat Boeing 737-200/AI-7302.
"Kami mulai berangkat dari Makasar lalu menuju Tarakan. Mengamati Pulau Jolo, Moro serta daratan Filipina. Kemudian ke Marore, Miangas, dan Marampit. Serta pulau kecil di sekitarnya. 90 persen perbatasan laut Indonesia-Filipina terupdate," ujar Hilman.