Telegram Klaim Telah Blokir Kelompok Radikal, Ini Reaksi Jokowi

Jokowi menuturkan untuk menghalau dan menangkal ancaman teroris perlu kerja sama semua pihak.

oleh Moch Harun Syah diperbarui 16 Jul 2017, 16:51 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2017, 16:51 WIB
Patung Lilin Jokowi
Presiden Jokowi mendukung langkah Kemenkominfo memblokir aplikasi perpesanan Telegram (Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut pemblokiran aplikasi percakapan Telegram telah melalui pertimbangan dan penelusuran yang mendalam. Pemerintah juga sudah lama mengamati akses informasi yang berisi propaganda kelompok radikal yang berseliweran melalui aplikasi tersebut.

Mengenai klaim dari pihak telegram yang mengaku sudah memblokir akun teroris, Jokowi menegaskan, langkah pemerintah tidak akan berubah dan tetap memblokir aplikasi yang dikembangkan warga Rusia Pavel Durov.

"Ya kenyataannya masih ada ribuan yang lolos yang digunakan, ya baik itu digunakan bangun komunikasi antar negara, untuk hal-hal yang berkaitan dengan terorisme," ujar Jokowi usai meresmikan Akademi Bela Negara Nasdem di Jakarta, Minggu (16/7/2017).

Jokowi menuturkan, untuk menghalau dan menangkal ancaman teroris perlu kerja sama semua pihak. Tidak terkecuali aplikasi yang menyediakan akses-akses komunikasi dan informasi.

Jokowi mengatakan pemerintah sudah seringkali membuka akses kerja sama dan hal tersebut sering disuarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo).

"Ya mestinya (kerja sama), apa kerja sama seperti itu. Saya kira kemenkominfo sudah menyampaikan mungkin nggak sekali, dua kali itu disampaikan," tutur mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengaku, dirinya mendukung Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) yang memblokir akses aplikasi percakapan Telegram versi situs web. Tito menyebut selama ini aplikasi menjadi sarana komunikasi jaringan teroris.

"Cukup masif. Ini jadi problem dan jadi tempat saluran komunikasi paling favorit oleh kelompok teroris," ujar Tito Karnavian usai menghadiri acara Bhayangkara Run 2017 di Lapangan Silang Monas, Jakarta, Minggu.

Tito menjelaskan beberapa hal yang membuat Telegram menjadi alat komunikasi para teroris, karena fasilitas yang memungkinkan bagi jaringan kelompok radikal melakukan propaganda dan menyebar ajaran radikalisme.

"Karena selama ini fitur telegram banyak keunggulan. Di antaranya mampu membuat sampai 10 ribu member (dalam grup) dan dienkripsi. Artinya sulit dideteksi," ucap Tito.

Saksikan video di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya