Makna Patung Tugu Tani yang Dituding Simbol Komunis

Sekelompok demonstran Jumat pekan lalu menuding monumen Tugu Tani sebagai simbol komunis di Indonesia. Apa makna sebenarnya?

oleh Andrie Harianto diperbarui 03 Okt 2017, 07:09 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2017, 07:09 WIB
20151002-Anak Bermain Bola-Jakarta
Anak-anak bermain bola di Tugu Tani, Jakarta, Jumat (2/10/2015).(Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Sekelompok demonstran Jumat pekan lalu menuding monumen Tugu Tani sebagai simbol komunis di Indonesia. Sontak saja, hal itu menjadi buah bibir di pelbagai media. Lalu, apa makna sebenarnya dari patung yang berdiri sejak 1963 itu?

Mantan Panglima TNI Jenderal Purnawirawan Moeldoko mengatakan, patung Tugu Tani adalah patung pahlawan. 

"Patung itu adalah patung pahlawan. Patung itu cermin dari keberhasilan pertempuran di Irian Barat sehingga dilukiskan dalam bentuk patung," ujar Moeldoko dalam pernyataan tertulis yang diterima Liputan6.com, Selasa (3/10/2017).

Patung tersebut melambangkan bagaimana seorang ibu yang membekali anaknya yang hendak pergi ke medan operasi. Sebuah tulisan terpahat di bagian patung tersebut berdiri "Hanya Bangsa yang dapat Menghargai Pahlawan-pahlawannya yang dapat Menjadi Bangsa Besar".

"Simbol itu menggambarkan bagaimana seorang ibu membekali anaknya yang akan berangkat ke medan operasi. Itu sebenarnya simbol dan ditarik menuju doktrin sistem pertahanan negara," ujar mantan KSAD ini.

Sistem pertahanan negara yang dimaksud adalah Sistem Pertahanan Rakyat Semesta sebagaimana termaktub dalam UUD 1945.

"Bahwasanya sistem pertahanan negara tidak hanya dibangun bukan hanya oleh TNI. Di situ ada komponen cadangan (rakyat) dan di situ ada kompenen pendukung," jelas Moeldoko.

Maknai Positif 

Menurut Moeldoko, jika semua pihak memaknai secara positif Sistem Pertahanan Rakyat Semesta yang digambarkan Patung Pahlawan tersebut, ini akan menjadi faktor yang membuat negara-negara lain gentar.

"Ini sebuah deterrent factor terhadap negara-negara lain. Hati-hati lho jangan coba-coba menyerang Indonesia, karena semua dari bangsa Indonesia memiliki hak untuk mempertahankan kedaulatan negaranya," tegas Moeldoko.

Moeldoko mengatakan, setiap orang harus bijak memaknai setiap simbol yang ada. "Jangan lihat dari fisiknya, tapi melihat untuk apa patung itu dulu dibuat," kata Moeldoko.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya