PVMBG: Leleran Lava Masih Berlangsung, Gunung Agung Tetap Awas

Aktivitas erupsi efusif atau leleran lava di kawah Gunung Agung sejak Minggu siang hingga petang secara perlahan masih berlangsung.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Des 2017, 08:25 WIB
Diterbitkan 04 Des 2017, 08:25 WIB
Kondisi Terkini, Asap Gunung Agung Semakin Terlihat Menipis
Kondisi Gunung Agung yang berada di kawasan Karangasem, Bali, Sabtu (2/12). Hingga hari ini, penampakan asap dari kawah Gunung Agung semakin berkurang dibanding beberapa hari lalu. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Karangasem - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kecamatan Rendang, Karangasem, Bali, menyatakan aktivitas erupsi efusif atau leleran lava di kawah Gunung Agung sejak Minggu siang hingga petang secara perlahan masih berlangsung.

Sebagaimana dirilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui akun resmi Twitter-nya, Minggu malam, hasil pemantauan PVMBG Rendang menyatakan Gunung Agung sepanjang Minggu pukul 12.00-18.00 Wita masih berstatus Awas.

Dilansir Antara, Senin (4/12/2017), dari pengamatan visual, puncak gunung tertutup kabut. Selain itu tinggi kolom uap putih keabuan Gunung Agung tidak dapat diamati baik dari lereng utara, timur laut, selatan, maupun dari lereng barat daya.

Dari pengamatan CCTV di Rendang, Bukitasah dan Batulompeh, sinar api dari lava pijar di siang hari juga tidak teramati, tapi erupsi efusif masih terjadi secara perlahan.

Perihal kegempaan, dilaporkan gempa erupsi eksplosif nihil, tremor nonharmonik terjadi menerus terkait kepulan uap putih keabuan selama enam jam (amplitudo 1-4 mm, dominan 1 mm), tremor harmonik nihil, gempa hembusan dua kali, gempa frekuensi rendah sebanyak satu kali, vulkanik dangkal satu kali, vulkanik dalam satu kali dan tektonik Lokal nihil.

PVMBG merekomendasikan tidak boleh ada aktivitas di daerah bahaya Gunung Agung, yakni dalam radius 8 km dari puncak gunung serta dalam sektoral barat daya, selatan, tenggara, timur laut, dan utara sejauh 10 km dari puncak.

Magma Sudah Membeku?

Sementara itu, Gunung Agung beberapa hari terakhir tampak seperti tenang. Tak terlihat kepulan asap kelabu membubung tinggi. Dari laporan periodik tiap enam jam sekali yang disusun oleh PVMBG, hanya terpantau asap putih dengan intensitas tipis membumbung setinggi 500-1.000 meter.

Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi‎ (PVMBG), Devy Kamil Syahbana menjelaskan, adanya kemungkinan magma dari dalam perut yang keluar menjadi lava di puncak kawah Gunung Agung mengalami pendinginan dan pada akhirnya membeku.

Menurut Devy, jika sudah keluar ke permukaan, lava akan cepat pendinginan. ‎Semakin ke atas akan semakin tebal bekuan lava tersebut. Hal itu bergantung pada udara di sekitarnya.

Ia menceritakan pengalamannya mengambil guguran lava saat erupsi Gunung Rinjani. Beberapa jam setelah gunung di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) itu erupsi, Devy naik ke gunung tersebut untuk mengambil sampel guguran lava.

"Saya pernah naik ke Rinjani untuk mengambil sampel guguran lava kurang dari 24 jam setelah erupsi. Lavanya sudah mulai mendingin. Penyebab dingin tentu tergantung dari udara sekitarnya," ujar Devy di Pos Pengamatan Gunung Api Agung di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Minggu 3 Desember 2017.

Pembekuan lava tentu saja berpengaruh pada pergerakan magma dari perut gunung setinggi 3.142 mdpl tersebut.‎ "Kalau semakin keras (bekuan lava) mobilitas (magma) semakin rendah," kata Devy.

Hanya saja, yang menjadi pertanyaan kemudian apakah lava mendingin lantaran magma Gunung Agung kehabisan energi atau justru saat naik ke permukaan terhalang oleh bekuan lava yang telah mengeras.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya