Komisi I DPR Kecam Keputusan AS Akui Yerusalem Ibu Kota Israel

Menurut Meutya, hal itu tidak mencerminkan Amerika Serikat sebagai negara yang peduli dengan isu perdamaian dunia.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 07 Des 2017, 11:41 WIB
Diterbitkan 07 Des 2017, 11:41 WIB
Yerusalem Ibu Kota Israel
Bendera Israel berkibar di atap sbangunan di Kota Tua Yerusalem di seberang Dome of the Rock di kompleks masjid Al-Aqsa, (5/12). Menurut pejabat AS, Presiden AS Donald Trump akan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. (AFP Photo/Thomas Coex)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Donal Trump resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Hal itu mendapat banyak kecaman, salah satunya dari Komisi I DPR. Anggota Komisi I DPR Meutya Hafid dari Fraksi Partai Golkar mengatakan, pihaknya sangat menyayangkan deklarasi tersebut.

"Kita betul-betul menyayangkan dan mengecam keras pernyataan Presiden Amerika Serikat yang dinihari tadi mengakui keberadaan Yerusalem sebagai ibu kota dari Israel," tutur Meutia di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (7/12/2017).

Menurut Meutya, hal itu tidak mencerminkan Amerika Serikat sebagai negara yang peduli dengan isu perdamaian dunia. Dengan begitu, dia meminta Kementerian Luar Negeri untuk melakukan protes keras terhadap pernyataan dan sikap Trump terkait status Yerusalem itu.

"Kami mengimbau Kemenlu segera penggalang organisasi-organisasi internasional termasuk PBB untuk melakukan protes ataupun larangan kepada Amerika Serikat, untuk melakukan rencana yang dinihari tadi disampaikan oleh Trump," jelas Meutia.

Sementara, Abdul Haris Almasyhari dari Fraksi PKS menambahkan, pernyataan Trump akan membuat panas situasi di Timur Tengah. Langkah itu dinilai kontra-produktif terhadap upaya perdamaian dunia dan bahkan provokatif terhadap perdamaian dunia.

"Kita berharap ini Menlu sudah bekerja, kemudian melakukan diplomasi. Dan kita berharap nanti ujungnya Presiden membuat statement agar tidak diteruskan langkah ini, karena akan memprovokasi dan membuat panas suasana," beber Abdul Haris.

Membahayakan Perdamaian

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengaku khawatir akan sikap Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengakui Yerusalem adalah ibu kota Israel. Menurut dia, hal tersebut sangat membahayakan proses perdamaian.

"Sekali lagi kita sangat mengkhawatirkan pengumuman tersebut karena pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel akan sangat membahayakan proses perdamaian dan akan membahayakan perdamaian itu sendiri," ujar Retno di Kompleks Kepresidenan Bogor Jawa Barat, Rabu 6 Desember 2017.

Retno mengatakan, terkait dengan isu Yerusalem, ia terus berkomunikasi dengan para menteri luar negeri negara-negara muslim, terutama negara yang tergabung dalam Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).

Tak hanya itu, pemerintah Indonesia juga sudah berusaha berkomunikasi dengan Amerika Serikat terkait pengumuman Donald Trump tersebut.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya