Dijarah Geng Jepang, Maneken Bercelana Pulang Telanjang

Maneken itu kembali ke toko dalam keadaan ‘telanjang’ karena celana yang sebelumnya dipakai maneken tersebut diambil kawanan geng motor.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 27 Des 2017, 14:34 WIB
Diterbitkan 27 Des 2017, 14:34 WIB
Firasat Bos dan Karyawan Toko Pakaian di Depok Sebelum Penjarahan
Firasat Bos dan Karyawan Toko Pakaian di Depok Sebelum Penjarahan. (Liputan6.com/Taufiqurrohman)

Liputan6.com, Depok - Puluhan anggota geng Jepang di Depok, Jawa Barat, menjarah ratusan pakaian di toko pakaian Fernando Store di Jalan Sentosa Raya, Sukmajaya, Depok, Jawa Barat. Gerombolan bersenjata tajam itu rupanya juga menggondol satu maneken atau patung untuk model pakaian.

"Satu patung yang ada celananya juga dibawa sama yang menjarah," kata salah satu karyawan toko, Obet, kepada Liputan6.com di lokasi, Depok, Rabu (27/12/2017).

Namun, maneken itu kembali lagi ke toko dalam keadaan "telanjang" karena celana yang sebelumnya dipakai maneken tersebut, diambil kawanan geng motor itu.

"Iya kebetulan ada tukang ojek yang tahu, dibalikin katanya ada di tengah jalan, tapi jauh dari toko ketemunya," ujar dia.

Obet berharap kejadian ini adalah yang pertama dan terakhir yang menimpa tokonya. Selain itu, ia meminta agar polisi memberantas kelompok geng motor, khususnya di wilayah Depok agar tak ada lagi masyarakat yang dirugikan.

"Biar enggak ada lagi kasus-kasus yang merugikan masyarakat," harap Obet.

Rentetan Aksi Geng Jepang

Ilustrasi Garis Polisi
Ilustrasi Garis Polisi (Istimewa)

Dalam catatan kepolisian, setidaknya Geng Jepang telah lima kali melakukan penjarahan.

"Dia tidak hanya jarah pakaian saja, tapi dia juga tukang gorengan, nasi goreng di pinggir jalan juga ada, dia untuk makan," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono di Mapolda Metro Jaya, Selasa (26/12/2017).

Polisi, kata Argo, masih melakukan pendalaman terkait sejumlah aksi kriminal yang dilakukan Geng Jepang.

"Ada juga warung-warung dia serbu di situ, sedang kami dalami itu," kata dia.

Argo meminta semua lapisan masyarakat berperan aktif dalam menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan. Salah satunya, kata dia, mencegah para pemuda terlibat dalam aksi kejahatan.

Peran tokoh dan para orangtua sangat diharapkan dalam hal ini.

"Perlu adanya kesinambungan bersama untuk menyelesaikannya. Jangan sampai itu berlanjut terus," ucap Argo.

 

Di Mana Polisi?

Ilustrasi begal motor
Begal menjadi fenomena yang marak belakangan ini (poskotanews.com)

Psikolog Reza Indragiri mempertanyakan keberadaan polisi saat kejadian berlangsung. "Polisi katanya sudah membentuk tim buser khusus untuk menyergap geng motor. Namun, kejadian mutakhir malah memperlihatkan kaderisasi geng yang sangat masif," katanya.

Selain itu aneh, ujar dia, ada 30 remaja bermotor keliling berombongan tapi tak terendus. "Buser kapan patrolinya? CCTV Depok off? Masyarakat enggan melapor? Hotline number tidak berfungsi?"

"Kalau kita sepakat bahwa kelakuan anak-anak muda tersebut kian membahayakan, sudah sepatutnya revisi terhadap UU Sistem Peradilan Pidana Anak. Inti revisi adalah penanganan hukum yang diperberat," tegasnya, melalui pesan singkat yang diterima Liputan6.com, Selasa (26/12/2017).

Reza mencontohkan, sanksi bisa berupa kehadiran orangtua mereka selama proses hukum, atau kerja paksa/sosial sebagai pelengkap sanksi pidana.

"Bukan hanya aspek penjarahan barang, kepada anggota geng motor tersebut patut dicek tanda-tanda narkoba, hubungan seks tak aman di luar pernikahan, dan eskalasi tingkah laku kekerasan."

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya