Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kritiyanto bersama sejumlah kader bertemu dengan putri Gus Dur, Yenny Wahid. Dalam pertemuan tersebut dibahas soal kuliner hingga masalah yang dihadapi bangsa Indonesia ke depan.
"Intinya kami berbincang, macam-macam. Mulai dari kuliner sampai ancaman kebangsaan. Kuliner itu sendiri yang dilakukan Mas Hasto sendiri untuk mengkampanyekan kuliner nusantara, mempunyai tujuan yang mulia, yaitu menguatkan kembali identitas Indonesia, terutama budaya lokal dan menguatkan kebangsaan kita," ucap Yenny di Rumah Pergerakan Graha Gus Dur, Jakarta, Senin (5/2/2018).
Baca Juga
Dia juga menuturkan, pertemuan juga membicarakan masalah kebangsaan dan ideologi yang bisa mengancam pancasila.
Advertisement
"Dan punya komitmen bersama untuk bekerja sama ke depan, sesuai kapasitas masing-masing. Dan mencari solusi untuk permasalahan itu," jelas Yenny Wahid dalam pertemuan yang berlangsung sekitar kurang lebih 3 jam itu.
Tantangan Bangsa
Menurut Yenny Wahid, tantangan dan masalah kebangsaan ini sangat besar, serta tidak bisa dikerjakan sendiri. Karena itu pentingnya menguatkan nilai toleransi agar terjadi stabilitas.
Dia pun sadar, banyaknya yang melakukan ujaran kebencian. Dan tak sedikit digunakan untuk politik praktis, apalagi memasuki tahun politik.
"Jadi ancaman yang kita lihat adanya konflik yang tercipta karena ada upaya yang mengatasnamakan ujaran kebencian. Jadi ada kelompok yang sengaja menyebarkan narasi-narasi kebencian dan menciptakan konflik di tengah masyarakat. Ini yang kita cegah," kata Yenny.
Dia juga mengingatkan, agar masyarakat tidak menyingung SARA. Sebab, dampaknya bisa masif dan mematikan.
"Konflik kepentingan politik, itu sangat memungkingkan terjadi. Sehingga membuat masyarakat terkotak-kotak. Karena itu perlu kesadaran kita semua pelaku politik dan aktor di masyarakat untuk selalu mengedepankan bangsa dan negara," pungkas Yenny.
Dalam kesempatan itu, baik Yenny dan Hasto saling bertukar cindera mata. Yenny memberikan mainan edukasi anak-anak untuk belajar tentang Pancasila, sedangkan, Hasto memberikannya sejumlah buku tentang Bung Karno.
Advertisement