Kembali Salat Subuh di Masjid Dekat Rumahnya, Novel Baswedan Dikawal

Setelah 10 bulan menjalani pengobatan mata di Singapura, Penyidik Senior KPK Novel Baswedan kembali ke Indonesia.

oleh Raden Trimutia Hatta diperbarui 23 Feb 2018, 09:47 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2018, 09:47 WIB
Novel Baswedan
Penyidik KPK, Novel Baswedan (keempat kiri) melaksanakan salat berjamaah di sekitar kediaman di kawasan Kelapa Gading, Jakarta, Kamis (22/2). Novel kembali dalam proses pemulihan sambil menunggu operasi tahap kedua. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah 10 bulan menjalani pengobatan mata di Singapura, Penyidik Senior KPK Novel Baswedan kembali ke Indonesia. Meski mata kirinya belum sembuh total akibat serangan air keras oleh orang tak dikenal, Novel tetap semangat memberantas korupsi di tanah air.

Novel tiba di Indonesia pada Kamis 22 Februari siang. Ia langsung menuju gedung KPK menemui para aktivis antikorupsi.

Pada Jumat (23/2/2018), Novel Baswedan kembali menjalani aktifitas rutin di rumahnya, bilangan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Ia memulai hari dengan menjalankan ibadah salat subuh berjamaah di Masjid Al Ihsan, tak jauh dari rumahnya.

Dalam video yang diterima Liputan6.com, Novel terlihat menggunakan baju muslim berwarna cokelat dan peci putih. Ia tampak dikawal sejumlah anggota ormas.

Novel mengalami serangan air keras pada 12 April 2017 pagi usai salat subuh di Masjid Al Ihsan. Novel Baswedan diserang dua orang yang mengendarai sepeda motor dengan air keras, tak jauh dari kediamannya di Jalan Deposito, Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Tak Menyerah

Menuju Rumah, Novel Baswedan Dikawal Ketat
Penyidik KPK, Novel Baswedan (tengah) mengacungkan jempol jelang masuk ke kediaman di kawasan Kelapa Gading, Jakarta, Kamis (22/2). Novel kembali dalam proses pemulihan sambil menunggu jadwal operasi tahap kedua. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Meski kedua matanya belum pulih sempurna, Novel tak lantas menyerah. Diberi kesempatan memberi pernyataan, dia malah membakar semangat rekan-rekannya di KPK.

"Saya tidak ingin menjadikan ini kelemahan. Saya ingin menjadikan ini sebagai penyemangat. Saya ingin penyemangat baik rekan-rekan KPK," ujar dia, Kamis 22 Februari.

Novel tidak berubah. Ia masih seperti sebelum serangan pengecut itu terjadi.

Selama menjalani perawatan di Singapura, Novel juga kerap mengirim pesan melalui koleganya. Benang merahnya satu: pemberantasan korupsi tak boleh tunduk pada teror.

Novel selalu optimistis. Dan, ia menyebarkan semangat itu pada yang lain. Baginya, melemah setelah peristiwa penyerangan berarti pelaku teror yang menang. Jika sudah begitu, pemberantasan korupsi terancam.

Ia mewanti-wanti pegawai KPK lebih meningkatkan produktivitas dalam bekerja. Mereka juga harus semakin sungguh sungguh dalam mengungkap kasus korupsi.

"Apabila kejadian ini membuat produktivitas menurun berarti kemenangan bagi pelaku penyerangan," ujar Novel.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya