Liputan6.com, Jakarta - Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad tak berminat bila ditunjuk sebagai menteri untuk kabinet pemerintahan periode mendatang. Ia khawatir hal itu justru akan menurunkan marwah KPK.
"Ketua KPK itu lebih tinggi dari menteri. Nanti marah anak-anak KPK kalau saya menurunkan marwah lembaga itu sendiri," kata Samad di Yogyakarta, Minggu (15 April 2018) malam, seperti dilansir Antara.
Baca Juga
Sebagai mantan Ketua KPK, ia merasa memiliki kewajiban menjaga kredibilitas lembaga yang namanya telah melekat pada dirinya itu.
Advertisement
Ia juga memaparkan bukti posisi Ketua KPK lebih tinggi dari jabatan menteri. Samad merujuk sepak terjangnya saat memimpin lembaga antirasuah.
"Saya pernah menangkap orang yang dalam status menteri tiga orang, Suryadharma Ali, Andi Alfian Mallarangeng, dan Menteri ESDM Jero Wacik. Semuanya (saat itu) menteri aktif. Itu fakta bahwa posisi KPK itu lebih di atas menteri," Samad menjelaskan.
Ia menambahkan, komitmen untuk tidak tergiur menjadi menteri bertujuan agar anggota KPK tetap memiliki kebanggaan bahwa lembaga itu luar biasa. Abraham juga mengungkapkan penolakannya pada tawaran sejumlah partai politik yang ingin mengusung dirinya menjadi calon Gubernur Sulawesi Selatan.
"Kalau Abraham Samad sih bukan siapa-siapa, tetapi ada sesuatu yang melekat pada diri saya yang harus saya jaga marwahnya," kata dia.
Siap Bila Ditawari Maju Pilpres
Kendati demikian, dalam kesempatan yang sama Abraham mengaku siap jika suatu saat mendapat amanah sebagai calon wakil presiden, calon presiden, atau kembali menjadi Ketua KPK. Menurut dia, sudah ada dua parpol yang mendekati dirinya terkait Pilpres 2019.
"Tidak satu pun warga negara yang ketika diberi amanah dia menolaknya. Kalau dia menolak berarti dia lari dari tugas dan itu pantangan bagi saya," kata dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini
Advertisement