Moeldoko: Pertemuan Trump dan Kim Jong Un Momen Penting Bagi Perdamaian Dunia

Dalam hal politik luar negeri, dikatakan Moeldoko, niat sebuah negara adalah hal yang sangat perlu diperhitungkan.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Jun 2018, 23:23 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2018, 23:23 WIB
Moeldoko ungkap tiga titik kritis di jalur mudik Moeldoko. ©2018 Merdeka.com/Salviah Ika
Moeldoko ungkap tiga titik kritis di jalur mudik Moeldoko. ©2018 Merdeka.com/Salviah Ika

Liputan6.com, Jakarta - Pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Korea Utara Kim Jong Un berakhir dengan kesepakatan denuklirisasi pihak korea Utara. Kepala Staf Presiden Jenderal (Purn) TNI Moeldoko, menilai peristiwa tersebut adalah momentum kemajuan bagian perdamaian dunia

"Bagi sebuah negara, yang perlu kita lihat adalah niatnya," ujar Moeldoko kepada wartawan, usai berbuka puasa di Jakarta, Rabu (13/6/2018). 

Dalam hal politik luar negeri, dikatakan Moeldoko, niat sebuah negara adalah hal yang sangat perlu diperhitungkan. Misalnya, mengukur niat sebuah negara untuk menginvasi negara lain. Atau, niatan untuk perdamaian.

"Ketika mau berperang, niat itu yang perlu kita kenali," kata purnawirawan jenderal bintang empat TNI AD itu seperti dilansir dari Antara.

Dia bercerita, ketika masih aktif menjadi Panglima TNI, Moeldoko mengaku pernah menghadiri pertemuan di AS. Pada kesempatan itu, dirinya diminta agar Indonesia turut aktif menjaga keseimbangan keamanan akibat aktivitas pengayaan nuklir di semenanjung Korea.

"Karena harus diakui, pengembangan senjata nuklir Korea Utara ini berimplikasi pada psikologis negara-negara tetangganya," kata Moeldoko.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pentingnya Komunikasi

Keakraban Donald Trump dan Kim Jong-un Saat Berjalan di Taman
Momen ketika Presiden AS Donald Trump (kiri) dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un berjalan di taman Hotel Capella, Pulau Sentosa, Singapura, Selasa (12/6). Trump dan Kim optimis bahwa KTT akan sukses. (Anthony Wallace/Pool/AFP)

Setelah mengenali niat sebuah negara, sambung Moeldoko, langkah selanjutnya adalah komunikasi. Sebagai contoh, ia menceritakan tentang ketegangan yang pernah terjadi antara Indonesia dengan Malaysia dalam hal perbatasan di Kalimantan.

"Saya tetap segaris dengan pemerintah, bahwa Malaysia harus membongkar fasilitasnya di perbatasan."

Di sisi lain, sebagai panglima, ia juga berdiplomasi dengan militer negara tetangga itu. Diplomasi agar tak terjadi gesekan, di kedepankan. Sebelum ada keputusan politik dari negara, menurutnya, tentara tidak boleh bertindak sendirian. 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya