Liputan6.com, Jakarta - Indonesia akan menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang menjadi market focus Country di London Book Fair (LBF) 2019. Perhelatan bergengsi. Perhelatan akbar tahunan perdagangan buku yang digelar di Olympia, London, selama 12-14 Maret, Indonesia akan menunjukkan potensi pasar literasi yang dimiliki, tidak hanya buku tapi juga berbagai subsektor lainnya, antara lain desain grafis, boardgames, dan animasi digital.
Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf mengatakan, momen LBF menjadi momen penting Indonesia memamerkan produk-priduk literasi non-buku. Triawan mengibaratkan buku sebagai mata air yang mengaliri imajinasi, gagasan, dan ide mampu memunculkan subsektor penerbitan.
"Wajar jika buku mendapat perhatian khusus. Selain dibaca, banyak diterjemahkan ke bentuk lain seperti games dan film. Ini menjadi kolaborasi subsektor berbasis penerbitan dengan subsektor konten film, musik, fesyen, dan makanan," ujar Triawan di Hotel Morrisey, Jakarta Pusat, Senin (21/1/2019).
Advertisement
Triawan berharap, dengan hadirnya Indonesia di LBF 2019 dapat terbangun relasi dengan berbagai negara peserta guna meningkatkan industri penerbitan di Indonesia.
Sementara itu, Ketua Harian Pelaksana Kegiatan Indonesia Market Focus untuk London Book Fair, Laura Bangun Prinsloo, mengatakan sebanyak 450 judul buku akan dipamerkan di stan Indonesia seluas 600 meter persegi nanti. Jumlah tersebut diseleksi dari 33 pelaku industri penerbitan, yaitu 23 penerbit buku dan agen literasi, serta 10 produsen produk kreatif.
Dalam penyelenggaraan ini, Indonesia mengambil tema besar '17.000 Island of Imagination'. Dalam perhelatan ini British Council dan Komite Nasional menyeleksi 12 penulis yang akan ditampilkan di LBF 2019. Dua belas penulis ini dipilih dan diseleksi serta mewakili sektor-sektor literasi di Indonesia.
Duabelas penulis tersebut adalah, Agustinus Wibowo, Clara Ng, Dewi Lestari, Faisal Oddang, Intan Paramaditha, Laksmi Pamuntjak, Leila S Chudori, Nirwan Dewanto, Norman Erikson Pasaribu, Reda Gaudiamo, Seno Gumira Ajidarma, dan Sheila Rooswitha Putri.
Dari 12 nama itu, Seno Gumira Ajidarma didaulat menjadi Author of the Day di mana Seno merupakan duta sastra dari negara Market Focus.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Penulis Muda
Dari 12 nama penulis yang diseleksi terdapat nama-nama penulis senior. Padahal Indonesia memiliki potensi penulis muda berbakat yang mewakili daerah mereka dan bercerita mengenai kearifan lokal setempat, sebut saja Erni Aladjai dari Maluku, Felix Nesi yang mewakili NTT. Lantas, mengapa mereka tidak diberikan ruang di LBF?
Ketua Koordinator Bagian Program untuk Indonesia Market Focus di London Book Fair 2019, John McGlynn, mengatakan tidak hadirnya para penulis muda berbakat tersebut bukan berarti menyisihkan mereka dalam kontestasi pasar literasi internasional.
Ada beberapa syarat teknis yang harus terpenuhi oleh para penulis yang diseleksi, antara lain jumlah karya yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dan kefasihan penulis berbicara dalam Bahasa Inggris.
"Dalam London Book Fair mereka (penulis), bunyinya kasar, penulis dekorasi intinya letak bisnis," kata John.
Menurut John, konsep LBF dan Frankfurt Book Fair cukup berbeda. Di Frankfurt Book Fair yang digelar lima hari, panggung menjadi milik Indonesia untuk memamerkan segala bentuk kebudayaan yang ada dan terbuka untuk umum.
"Di London Book Fair tidak terbuka untuk umum, kalau mau masuk ke sana harus penerbit atau agen dan harus bayar 50 pound sehari," kata dia.
John berharap buku-buku Indonesia dapat menarik mata dunia untuk diterbitkan oleh penerbit di berbagai penjuru dunia.
Adapun Wakil Koordinator Bidang Program Komite Nasional Indonesia untuk Market Focus London Book Fair, Anton Kurnia, optimistis Indonesia mampu menjual 50 judul buku dan hak cipta dalam LBF. Jumlah ini tidak muluk-muluk. Dia melihat lima tahun terakhir, Indonesia mampu menjual sekitar 1.500 judul buku untuk diterjemahkan oleh berbagai penerbit di beberapa negara.
"Frankfurt Book Fair membuka jalan Indonesia selama lima tahun terakhir dalam industri literasi," kata Anton.
Advertisement