Liputan6.com, Bogor: Pembongkaran Prasasti Batu Tulis di Bogor, Jawa Barat, memancing kemarahan warga setempat. Protes dan kutukan diekspresikan lewat spanduk yang memenuhi lokasi di sekitar prasasti. Hampir separuh protes dialamatkan kepada Menteri Agama Said Agil Husein Al Munawar. Konon, sang Menteri inilah yang memerintahkan penggalian hingga nongkrongin para tukang gali tanah. Demikian pemantauan SCTV, hingga Ahad (18/8) petang.
Seperti diberitakan sebelumnya, Menag mendapat amanat dari seorang ustad perihal harta karun di situs peninggalan Prabu Siliwangi itu. Ditemani seorang paranormal dan empat penggali, Said menggali areal situs, Jumat silam. Di sekitar lokasi itu dipercaya terdapat harta karun peninggalan Kerajaan Pakuan Padjadjaran. Namun, hingga pukul 20.00 WIB, harta karun yang dicari tak kunjung muncul. Alih-alih menemukan harta karun, Said malah diprotes warga karena dianggap merusak situs peninggalan sejarah yang tak ternilai harganya. Penggalian ini meninggalkan bekas berbentuk parit sepanjang enam meter, lebar satu meter, dengan kedalaman dua meter.
Selain itu, juga tampak bekas galian berbentuk gua garis tengah 1,5 meter x 1,5 meter sedalam satu meter di bawah dua batu menhir, tunggul batu pengikat tali Ketan Kuda peninggalan Prabu Siliwangi. Inilah yang dikhawatirkan warga. Sebab, kini batu pengikat mulai menggantung dan dikhawatirkan ambruk. Namun, menurut Said, penggalian itu tak akan merusak situs sejarah tersebut. Sebab, penggalian dilakukan di luar area lokasi peninggalan bersejarah tersebut. Bahkan, penggalian itu disetujui Presiden Megawati Sukarnoputri. "Presiden setuju amanat ustad itu ditindaklanjuti," kata Said [baca: Menag Memburu Harta Karun Prabu Siliwangi].
Buat warga Bogor dan Tatar Sunda pada umumnya, prasasti yang ditulis Surawesesa, anak Prabu Siliwangi pada 1533 Masehi adalah benda bersejarah dan mempunyai nilai spirit atas berdirinya Kota Hujan. Warga setempat meyakini, dulunya di sekitar batu tulis adalah pusat kerajaan Padjadjaran terakhir, mengingat lokasinya lebih tinggi dari daerah sekitarnya. Bahkan Presiden Soekarno memberikan perhatian khusus terhadap lokasi itu dengan mendirikan Istana Batu Tulis di seberang prasasti tersebut.
Atas reaksi masyarakat itu, Said menghentikan penggalian untuk waktu yang belum ditentukan. Selain itu, menurut Menag, penggalian juga dihentikan lantaran seorang dari empat penggali situs itu tidak berhati bersih sehingga harta karun itu luput. Padahal rencananya, bila harta karun itu didapat, akan diserahkan buat negara.
Dilaporkan, lokasi prasasti kini sudah dipasang garis polisi. Sejumlah orang sudah dimintai keterangan berkaitan dengan penggalian tersebut. Mereka diancam Undang-undang No. 5 Tahun 1992 tentang Cagar Budaya. Bagi yang merusak, mengambil, mengubah bentuk atau warna atau memisahkan benda cagar budaya diancam hukuman lima tahun penjara dan denda Rp 100 juta.(YYT/Hasan Sentot dan Sahlan Heluth)
Seperti diberitakan sebelumnya, Menag mendapat amanat dari seorang ustad perihal harta karun di situs peninggalan Prabu Siliwangi itu. Ditemani seorang paranormal dan empat penggali, Said menggali areal situs, Jumat silam. Di sekitar lokasi itu dipercaya terdapat harta karun peninggalan Kerajaan Pakuan Padjadjaran. Namun, hingga pukul 20.00 WIB, harta karun yang dicari tak kunjung muncul. Alih-alih menemukan harta karun, Said malah diprotes warga karena dianggap merusak situs peninggalan sejarah yang tak ternilai harganya. Penggalian ini meninggalkan bekas berbentuk parit sepanjang enam meter, lebar satu meter, dengan kedalaman dua meter.
Selain itu, juga tampak bekas galian berbentuk gua garis tengah 1,5 meter x 1,5 meter sedalam satu meter di bawah dua batu menhir, tunggul batu pengikat tali Ketan Kuda peninggalan Prabu Siliwangi. Inilah yang dikhawatirkan warga. Sebab, kini batu pengikat mulai menggantung dan dikhawatirkan ambruk. Namun, menurut Said, penggalian itu tak akan merusak situs sejarah tersebut. Sebab, penggalian dilakukan di luar area lokasi peninggalan bersejarah tersebut. Bahkan, penggalian itu disetujui Presiden Megawati Sukarnoputri. "Presiden setuju amanat ustad itu ditindaklanjuti," kata Said [baca: Menag Memburu Harta Karun Prabu Siliwangi].
Buat warga Bogor dan Tatar Sunda pada umumnya, prasasti yang ditulis Surawesesa, anak Prabu Siliwangi pada 1533 Masehi adalah benda bersejarah dan mempunyai nilai spirit atas berdirinya Kota Hujan. Warga setempat meyakini, dulunya di sekitar batu tulis adalah pusat kerajaan Padjadjaran terakhir, mengingat lokasinya lebih tinggi dari daerah sekitarnya. Bahkan Presiden Soekarno memberikan perhatian khusus terhadap lokasi itu dengan mendirikan Istana Batu Tulis di seberang prasasti tersebut.
Atas reaksi masyarakat itu, Said menghentikan penggalian untuk waktu yang belum ditentukan. Selain itu, menurut Menag, penggalian juga dihentikan lantaran seorang dari empat penggali situs itu tidak berhati bersih sehingga harta karun itu luput. Padahal rencananya, bila harta karun itu didapat, akan diserahkan buat negara.
Dilaporkan, lokasi prasasti kini sudah dipasang garis polisi. Sejumlah orang sudah dimintai keterangan berkaitan dengan penggalian tersebut. Mereka diancam Undang-undang No. 5 Tahun 1992 tentang Cagar Budaya. Bagi yang merusak, mengambil, mengubah bentuk atau warna atau memisahkan benda cagar budaya diancam hukuman lima tahun penjara dan denda Rp 100 juta.(YYT/Hasan Sentot dan Sahlan Heluth)