Megawati Imbau Pembentukan Badan Riset Nasional Tak Jadi Pro-Kontra

Megawati Soekarnoputri diajak melihat sejumlah varietas padi yang sedang diujicobakan.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 10 Jul 2019, 09:50 WIB
Diterbitkan 10 Jul 2019, 09:50 WIB
Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri mengunjungi Experimental station of China Agricultural University (CAU) di Beijing, Selasa (9/7/2019).
Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri mengunjungi Experimental station of China Agricultural University (CAU) di Beijing, Selasa (9/7/2019). (Foto: istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri meminta agar rencana pembentukan Badan Riset Nasional tidak jadi pro-kontra. Pro kontra, kata dia, takkan menyelesaikan masalah yang dihadapi Indonesia, khususnya masalah pangan.

Hal itu diungkap Megawati setelah mengunjungi Experimental station of China Agricultural University (CAU) di Beijing, Selasa (9/7/2019).

Lokasi itu merupakan tempat penelitian teknologi pertanian, pembinaan talenta pertanian, serta lapangan pengajaran penanaman praktis. Stasiun ini memiliki setidaknya 2,5 hektare lahan eksperimental padi untuk meneliti penyeleksian bibit, pembibitan, dan penambahan produksi padi.

Megawati disambut Prof Dr Zichao Lo, salah seorang peneliti paling senior di lembaga itu. Megawati ditemani Ketua DPD PDI Perjuangan Rokhmin Dahuri dan Guru Besar IPB Dwi Andreas Santosa.

Ketua Umum DPP PDI Perjuangan itu diajak melihat sejumlah varietas padi yang sedang diujicobakan. Tampak tanaman padi berwarna hijau dan berwarna ungu anggur di hamparan sawah.

Megawati lalu bicara soal alasannya mengunjungi tempat itu. Dia kemudian mengaku teringat dengan pro-kontra pembentukan badan riset yang sedang terjadi di Indonesia.

"Saya berpikir selama ini saya melihat juga mengapa Indonesia selalu ketinggalan? Karena selalu ribut urusan seperti ini, sekarang Presiden sudah mengintrodusir akan membuat sebuah badan riset, lalu ada pro dan kontra," kata Megawati dalam keterangan tertulis yang diterima.

Dia menyebut pro dan kontra itu tak ada gunanya. Sebab, sudah jelas pembentukan badan riset itu memiliki tujuan yang baik. Semisal untuk riset bidang pangan, adalah kenyataan bahwa padi adalah makanan utama rakyat Indonesia.

"Di China ini, mereka lebih berpaling ke jagung, tetapi tetap padi tidak ditinggalkan. Karena secara teknologi, rekayasa genetika dapat ditemukan sebuah bibit unggul yang ternyata di daratan China ini dapat disebarluaskan. Kenapa juga kita tidak serupa melakukan itu? Kenapa ribut badan riset dengan pro kontra?" kata Megawati.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Mendorong Kedaulatan Pangan

Di sela-sela pelaksanaan World Peace Forum di Tsinghua University, Beijing, Senin (8/7/2019), Presiden RI Kelima Megawati Soekarnoputri menyempatkan diri berkunjung ke Beijing World Horticultural Expo 2019.
Di sela-sela pelaksanaan World Peace Forum di Tsinghua University, Beijing, Senin (8/7/2019), Presiden RI Kelima Megawati Soekarnoputri menyempatkan diri berkunjung ke Beijing World Horticultural Expo 2019.

Megawati melihat pembentukan badan riset itu akan mendorong kedaulatan pangan nasional. Kedaulatan pangan berbeda dengan ketahanan pangan yang bermakna bisa dilakukan dengan impor pangan.

"Kalau kedaulatan pangan itu, produk pangannya datang dari hasil rakyat dan bangsa Indonesia sendiri," katanya.

Sebelumnya, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menargetkan penggabungan lembaga riset beserta kementerian terkait di bawah Badan Riset Nasional (BRN) dimulai tahun depan. Penggabungan menunggu pengesahan RUU Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sisnas Iptek).

"Mudah-mudahan mendapatkan persetujuan dari Paripurna DPR. Kalau sudah, kita implementasikan di tahun 2020 sampai seterusnya," kata Nasir.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya