Fakta Terbaru Kerusuhan Wamena, Ribuan Warga Mengungsi hingga 22 Orang Jadi Korban

Belakangan terungkap, kerusuhan di Wamena, Papua semakin jadi akibat tersebarnya berita tidak benar atau hoaks.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 24 Sep 2019, 12:35 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2019, 12:35 WIB
Kerusuhan Pecah di Manokwari
Massa turun ke jalan dalam unjuk rasa yang berujung kerusuhan di Manokwari, Papua, Senin (19/8/2019). Mereka membakar gedung DPR juga memblokade jalan dengan membakar ban sebagai buntut dari peristiwa yang dialami mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang, serta Semarang beberapa hari lalu. (STR / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Kerusuhan di Wamena, Papua pecah. Kepala Bidang Humas Polda Papua Kombes AM Kamal menjelaskan awal terjadinya kerusuhan. Pada pagi hari Senin, 23 September 2019 sekitar pukul 07.25 WIT, ternyata sempat terjadi tawuran pelajar.

Menurut Kamal, pelajar SMA PGRI Wamena yang datang tergabung dengan masyarakat dengan jumlah massa sekitar 200 orang. Mereka berdemonstrasi di halaman sekolah sambil mengajak pihak sekolah Yayasan Yapis ikut serta. Namun, sekolah tersebut menolak.

"Aksi perkelahian tersebut langsung meluas dengan membuat terjadinya pembakaran beberapa fasilitas pemerintah, fasilitas umum dan pribadi di Jayawijaya," ucap Kamal.

Belakangan terungkap, kerusuhan semakin jadi akibat tersebarnya berita tidak benar atau hoaks. Kerusuhan tersebut pun memakan korban jiwa.

Berikut fakta-fakta terbaru kerusuhan di Wamena, Papua dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Jokowi Minta Warga Tak Termakan Hoaks

HOAX
Ilustrasi hoax (iStockPhoto)

Presiden Jokowi meminta masyarakat memeriksa kembali fakta dari dari informasi yang beredar di media sosial terutama terkait kerusuhan yang terjadi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua pada Senin, 23 September 2019.

"Dan ya, isu anarkis ini dimulai dan berkembang karena adanya berita hoaks. Oleh sebab itu saya meminta agar masyarakat setiap mendengar, setiap melihat di medsos dikroscek dulu," kata Jokowi di Istana Negara, Jakarta.

Menurut Jokowi, pengecekan informasi sangat penting dilakukan. Sebab, kata dia, penyabaran berita hoaks bisa mengganggu stabilitas negara.

"Dicek terlebih dahulu jangan langsung dipercaya, karena itu akan menganggu stabilitas keamanan dan politik di setiap wilayah," ungkapnya.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini juga mengingatkan agar masyarakat yang berunjuk rasa tidak merusak fasilitas umum. Serta tidak melakukan tindakan-tindakan yang anarkis.

"Karena itu adalah milik kita semua. Jangan sampai ada kerusakan-kerusakan yang diakibatkan dari anarkisme," ucapnya.

 

Kerusuhan Mereda Sore Hari

rusuh papua barat
Aksi unjuk rasa dai Manokwari, Papua Barat. (Liputan6.com/Kabarpapua/Katharina Janur)

Kerusuhan terjadi di Waena, Jayapura dan Wamena, Papua, Senin 23 September 2019. Kerusuhan yang berlangsung sejak pagi itu mereda pada sore harinya.

Kepala Bidang Humas Polda Papua Kombes AM Kamal mengatakan, petugas TNI-Polri masih berjaga-jaga untuk mencegah hal-hal tak diinginkan kembali terjadi.

"Di Wamena, situasi sudah kondusif sejak pukul 15.00 WIT. Begitu juga di Waena, Jayapura, kondisinya sudah kondusif dari sore ke malam," ujar Kamal ketika dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Selasa (24/9/2019).

Menurut dia, Wakapolda Papua Brigjen Pol Yakobus Marjuki berada di Wamena untuk menjaga kondusivitas di wilayah tersebut.

 

Ribuan Warga Mengungsi

Rusuh Papua
Sampah di depan Kantor Gubernur Papua, sisa pendemo anarkis yang bertahan semalaman di kantor pemerintahan itu. (Liputan6.com/Katharina Janur)

Ribuan masyarakat di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, mengungsi ke markas polisi dan TNI sejak Senin, 23 September 2019. Mereka mengungsi karena kerusuhan anarkistis yang terjadi di kota tersebut.

"Ada ribuan masyarakat mengungsi di mapolsek, mapolres, dan kodim. Sampai Selasa pagi ini mereka masih mengungsi," ujar Kepala Bidang Humas Polda Papua Kombes AM Kamal kepada Liputan6.com, Jakarta, Selasa (24/9/2019).

Menurut dia, ada kemungkinan mereka akan kembali ke rumah masing-masing karena situasi keamanan di Wamena sudah kondusif.

Sementara ini, anggota Polri dan TNI terus berpatroli serta berjaga di permukiman warga. Penjagaan dilakukan untuk menghindari adanya kejadian tak diinginkan yang merugikan masyarakat kembali terjadi.

"Jadi anggota kita dan TNI, selain di objek vital, juga mengamankan perkampungan dengan patroli dan penjagaan. Ini untuk mencegah upaya pembakaran dan penjarahan barang-barang di rumah warga yang ditinggalkan untuk mengungsi," kata Kamal soal situasi di Wamena.

 

22 Orang Meninggal Dunia

Mayat
Ilustrasi

Kerusuhan di Wamena, Papua, memakan korban jiwa. Terdata 22 warga sipil meninggal dunia atas insiden tersebut.

"22 meninggal dunia, 1 di rumah sakit yang kritis," tutur Kabid Humas Polda Papua Kombes AM Kamal lewat pesan singkat, Selasa (24/9/2019).

Kamal menyebut, dari puluhan korban tewas tersebut, ada di antaranya yang terjebak dalam bangunan yang terbakar.

"Mereka ada satu keluarga yang terjebak, dibakar massa rumahnya," jelas Kamal.

 

Kejar Pelaku Pemicu Kerusuhan

Ilustrasi Hoax
Ilustrasi Hoax. (Liputan6.com/Rita Ayuningtyas)

Aparat TNI-Polri masih melakukan penjagaan terhadap masyarakat di Wamena, Papua yang mengungsi akibat kerusuhan yang terjadi Senin, 23 September 2019.

Pihak kepolisian pun kini mengejar pelaku pembuat dan penyebar berita bohong alias hoaks rasisme yang menyulut insiden tersebut.

"Saat ini kami masih mencari pelaku yang memberikan keterangan palsu atau hoaks, sehingga terjadinya mobilisasi massa yang mengakibatkan pembunuhan, penganiyaaan, dan pembakaran sejumlah kantor pemerintah, fasilitas umum, dan permukiman warga," tutur Kabid Humas Polda Papua Kombes AM Kamal.

Dia menyebut, pihaknya sudah mengonfirmasi video rasisme tersebut ke pihak sekolah dan guru.

"Terkait dengan isu ucapan rasisme itu tidak benar. Kami juga sudah menanyakan kepada pihak sekolah dan guru dan kita pastikan tidak ada kata-kata rasis," jelas Kamal.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya