Kisah Wakil Ketua KPK Cari Akal Agar Tak Dikenal Orang Saat di Ruang Publik

Sebagai punggawa KPK, ia bahkan mengaku kerap kali menghindari wartawan karena prinsip kehati-hatian.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Okt 2019, 21:49 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2019, 21:49 WIB
Konpers OTT Romahurmuziy
Wakil Ketua KPK Laode M Syarif memberikan keterangan terkait OTT Ketum PPP Romahurmuziy, di gedung KPK, Sabtu (16/3). KPK mengamankan uang total Rp 156 juta dalam operasi tangkap tangan (OTT) di Surabaya pada Jumat (15/3). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Jabatan lima pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), terkecuali Alexander Marwatta, tinggal dua bulan. Desember, pimpinan KPK baru yang diketuai Firli Bahuri bakal melanjutkan tongkat estafet lembaga pemberantasan korupsi.

Empat tahun, sejak 2015, bergelud dengan komisi rasuah nyatanya mengubah kehidupan Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarif. Bak seorang idola Korea Selatan, Pria asal Lemoambo, Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara itu kerap kali mencari akal bagaimana ke tempat publik tanpa dikenal masyarakat.

Ia bercerita, satu waktu akan bertolak ke Yogjakarta dan mengharuskannya menumpangi pesawat. Agar tak dikenali banyak orang, ia bahkan mengenakan masker dan topi saat menunggu waktu masuk pesawat. Tiba waktunya, seluruh penumpang masuk ke kabin pesawat. Pesawat yang ia tumpangi adalah Garuda Indonesia.

Saat sudah duduk, Laode mencopot topinya dan masker. Sementara itu, dua orang di sampingnya sedang membaca koran. Beritanya berkaitan dengan KPK. Kebetulan, wajah yang terpampang adalah Laode.

"Ketika saya duduk, tetangga kursi saya lagi baca, (terpampang dalam koran) muka saya gede banget. Jadi duh gimana ini. Kalau di Garuda itu kan depannya suka ada koran. Lagi baca suami istri itu sadar ada saya. Waduh saya jadi enggak enak," ujar Laode saat berbagi pengalamannya dalam acara media gathering di Sukabumi, Jawa Barat, Jumat (25/10).

Dengan berceletuk, pria yang pernah menempuh S2 Studi Hukum Lingkungan di Queensland University of Technology, Brisbane, itu menyadari rasanya menjadi seorang pelaku korup dan penjahat. Susah bergerak, atau khawatir saat bepergian.

"Saya bisa yakin sekarang bagaimana seorang penjahat," ujarnya.

Lebih lanjut, dia mengaku ritme kerjanya juga berubah jika dibandingkan dengan karir sebelumnya. Ia diketahui pernah menjadi anggota Komite Lingkungan hidup IUCN. Lantaran lebih banyak berkecimpung di bidang lingkungan, ia menyadari hal tersebut kurang 'seksi' untuk diberitakan media masa.

Agar penelitian ataupun kinerjanya terpublikasi, Laode bahkan mencari-cari wartawan. Ritme itu kemudian berbalik 180 derajat saat menjabat sebagai Wakil Ketua KPK.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Dulu Mencari Kini Menghindari Wartawan

Bebaskan Terdakwa, KPK Tunjukkan Barang Bukti Suap Hakim Balikpapan
Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarif memberi keterangan pers terkait OTT hakim PN Balikpapan Kayat di Gedung KPK, Sabtu (4/5/2019). KPK mengamankan uang muka Rp 100 juta dari Rp 500 juta yang dijanjikan untuk membebaskan Sudarman (SDM) di kasus pemalsuan surat. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebagai punggawa antirasuah, ia bahkan mengaku kerap kali menghindari wartawan karena prinsip kehati-hatian. Terlebih menurutnya, kasus yang ada di KPK menjadi sorotan masyarakat luas.

"Dulu waktu di tempat lama susah banget kita bikin konpers kita cari orang, cari wartawan supaya apa yang kami sampaikan itu diliput. Jadi kalau masuk di salah satu halaman meski bukan bagian depan sudah alhamdulillah atau selintas di TV, wah kerjaan kita tersampaikan dengan baik. Setelah di KPK bagaimana menghindari wartawan ini," ujarnya sembari tertawa.

Di akhir cerita, ia tidak mengatakan secara detail karier apa yang akan ia jalani setelah purnatugas dari KPK. Yang jelas, ia memastikan akan tetap konsentrasi terhadap lingkungan.

Reporter: Yunita Amalia

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya