Uji Klinis Vaksin Covid-19 Butuh Waktu 6 Bulan, Tidak Bisa Ditawar?

Rencananya, dalam uji klinis vaksin Covid-19 ini, Bio Farma melibatkan 1.620 relawan.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Jul 2020, 16:10 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2020, 16:10 WIB
Penumpang KRL Commuter Line di Stasiun Bekasi Ikuti Tes Swab PCR
Petugas medis menata sampel penumpang KRL Commuter Line saat tes swab dengan metode polymerase chain reaction (PCR) di Stasiun Bekasi, Selasa, (5/5/2020). Pemkot Bekasi melakukan tes swab secara massal setelah tiga penumpang KRL dari Bogor terdeteksi virus corona. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Sebanyak 2.400 vaksin virus Corona yang menyebabkan Covid-19 dari Sinovac, China masuk ke Indonesia pada 19 Juli 2020. Vaksin tersebut akan menjalani uji klinis tahap ketiga yang dilakukan oleh Bio Farma di Bandung.

Untuk menguji efektivitas suatu vaksin, para ilmuwan memerlukan relawan yang bersedia untuk dilakukan uji coba.

Rencananya, dalam uji klinis ini, Bio Farma melibatkan 1.620 relawan. Ada syarat utama yang harus dipenuhi para relawan. Yang pertama adalah syarat usia. Hanya yang usianya antara 18-59 tahun saja yang boleh mendaftarkan diri menjadi relawan.

"Itu kita akan melakukan uji klinis terhadap 1.620 subjek (relawan). Jadi subjek ini nanti mendapat suntikan vaksin ya, bukan virus," kata Head of Corporate Communication Bio Farma, Iwan Setiawan, dalam acara Market Review dengan IDX Channel, Kamis (23/7/2020).

Subjek akan disuntikkan vaksin Covid-19 sebanyak dua kali, yaitu pada hari pertama dan ke-14. Setelah disuntikkan vaksin tersebut, seluruh relawan akan dipantau oleh tim yang telah disiapkan. Tim akan mengecak efek samping dari penyuntikkan vaksin tersebut secara berkala sampai enam bulan.

Jadi butuh waktu enam bulan untuk menentukan berhasil atau tidaknya suatu vaksin. Jadi enam bulan setelah disuntik, Bio Farma akan mengecek kembali kandungan antibodi pada setiap relawan. Dari antibodi tersebut, barulah bisa dinyatakan berhasil atau tidak.

"Jadi suntikan vaksin ini dilakukan dua kali. Pada hari pertama dan hari ke-14. Setelah enam bulan kita lihat lagi kandungan antibodinya. Kalau memang berhasil, kita bisa gunakan vaksin tersebut," tutur Iwan soal anti Covid-19.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Jokowi Minta 3 Bulan

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar proses pembuatan vaksin bisa rampung dalam tiga bulan. Hal ini ia sampaikan kepada Tim Riset Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran di Istana Kepresidenan, Jakarta, 21 Juli lalu,

Bio Farma yang berperan sebagai sponsor ikut buka suara. Iwan menegaskan memang lamanya proses uji klinis tahap ketiga tidak bisa dipercepat kurang dari enam bulan. Apalagi hanya tiga bulan saja seperti permintaan Jokowi. Alasannya karena secara scientific, waktu enam bulan tersebut merupakan waktu yang optimal untuk melihat reaksi dari vaksin tersebut. Jadi ada masa inkubasi yang tidak bisa ditawar.

"Untuk uji klinis ini kita kan harus memenuhi standar regulasi maupun secara validity fact. Ada masa inkubasi yang tidak bisa kita tawar. Secara scientific, enam bulan adalah waktu yang optimal untuk melihat bagaimana reaksi dari vaksin ini. Kita harus penuhi persyaratan sisi regulasi maupun bukti scientific," tutur Iwan.

Uji coba tahap ketiga vaksin dari Sinovac ini bukan dilakukan di Indonesia saja. Beberapa negara lainnya juga melakukan uji klinis. Diantaranya Brazil, Bangladesh, dan Turki. Di Brazil sendiri, uji coba sudah mulai dilakukan pada 21 Juli lalu dan akan dilakukan selama tiga bulan. Sekitar 9.000 petugas kesehatan di enam negara bagian Brazil akan menjadi relawan vaksin ini dalam dua dosis. Jika berhasil, Brazil akan memproduksi sampai 120 juta dosis. 

Sebagai informasi, uji coba tahap pertama hanya membutuhkan relawan sebanyak 15 orang saja. Kemudian pada tahap kedua butuh 300 orang dengan kriteria tertentu. Di tahap ketiga ini, memang butuh relawan dengan jumlah lebih banyak lagi, yaitu sampai 30 ribu peserta. Oleh karena itu, uji coba Vaksin dari Sinovac ini dilakukan di berbagai negara termasuk Indonesia.  

 

Reporter: Rifa Yusya Adilah

Sumber: Merdeka

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya