Liputan6.com, Jakarta Baliho Giring Ganesha Djumaryo yang bertebaran di beberapa wilayah DKI Jakarta, menjadi pembicaraan khalayak kurun waktu sepekan terakhir.
Berkopiah, berkemeja, dan menuliskan pesan yang gamblang, "Giring untuk Presiden 2024". Kemunculannya, tak lama setelah dirinya mendapatkan mandat menjadi Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) usai menggantikan Grace Natalie, yang bertolak ke luar negeri untuk melanjutkan studinya.
Baca Juga
Tak butuh waktu lama, bagi mantan pengolah vokal band Nidji ini mengakui maksud baliho yang bertebaran di ibukota. "Ya saya memang mencalonkan diri menjadi calon presiden (capres) Republik Indonesia di 2024," kata Giring dalam konferensi pers secara daring, Senin, 24 Agustus 2020.
Advertisement
Mengatasnamakan anak muda, dan terinsipari akan sosok Presiden Joko Widodo atau Jokowi, dia membulatkan tekad untuk menatap 4 tahun ke depan. Tak seperti pinang dibelah dua, karir politik Giring jauh daripada sosok idolanya tersebut.
Jokowi, berhasil memenangkan Pilkada Solo sebanyak dua kali, DKI, dua kali di ajang Pilpres, serta kendaraan politiknya, PDIP, menduduki posisi puncak di ajang dua pemilu terakhir.
Dibandingkan Giring, yang mencoba peruntungannya di Pileg 2019, dia mesti kandas, bersamaan PSI yang tak lolos ke senayan. Meski demikian, dia menyadari bahwa tantangannya memang berat untuk 2024 mendatang.
"Saya tahu bahwa pencalonan ini memang tidak gampang tetapi saya yakin Insya Allah dengan kerja keras dan kerja cerdas kerja ikhlas saya bisa melewati ini semua," tutur Giring.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Klaim Giring
Giring mengklaim, dirinya sudah mendapatkan dukungan dari partai-partai politik yang ada, walaupun tak membeberkan nama-nama parpol tersebut.
Tapi, justru saat dikonfirmasi beberapa partai, nada sinis didapatkan untuk pencalonannya. Misalnya saja, NasDem, yang melihat masih terlalu jauh membicarakan 2024. Terlebih kondisi bangsa ini yang masih dalam kondisi pandemi Covid-19 dan ancaman resesi.
"Kita belum tertarik berbicara soal Capres 2024 itu masih terlalu jauh. Terlebih Hari ini bangsa ini butuh energi kita semua, untuk bisa bersama-sama membantu pemerintah keluar dari permasalahan Covid-19 dan resisi di depan mata. Kalau kita tidak hati- hati ini bisa membuat Indonesia semakin memburuk," kata Wakil Ketua Umum Partai NasDem, Ahmad Ali Selasa (25/8/2020).
Selain itu, datang dari Politisi Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean, yang menilai langkah Giring hanya sebagai strategi marketing politik dengan tujuan mempertahankan eksistensi PSI di masyarakat.
"Saya yakin kalau Giring sendiri sadar kalau itu belum mungkin akan terjadi. Tetapi saya lihat moment ini sebagai strategi marketing politik," ujar Ferdinand.
Wasekjen Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Achmad Baidowi, juga melihat tak ada yang istimewa dengan apa yang disampaikan Giring. Justu menyindir, soal persyaratan nanti yang bisa dihadapi Giring.
"Namun apakah bisa memenuhi persyaratan administratif pengusungan pasangan capres? Itu nanti bergantung ketentuan undang-undang ya," kata Baidowi.
Bahkan nasihat datang dari partai pemenang pemilu 2014 dan 2019, PDIP. Partai berlambang Banteng Bermoncong putih itu menyadari Giring mempunyai hak, tapi satu pertanyaan dasar yang dilontarkan PDIP, yakni apakah Giring benar-benar sudah melihat Indonesia seutuhnya.
Hal ini mungkin saja sejalan, lantaran video yang diunggah dalam channel Youtube PSI, berdurasi kurang lebih 9 menit, Giring hanya berkomentar terkait pembangunan DKI Jakarta.
"Ibu Ketum (Megawati Soekarnoputri) selalu mengingatkan, secara humor ya, apakah yang mendeklarasikan diri sebagai calon presiden sudah pernah keliling ke Indonesia?," kata Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, Rabu (26/8/2020).
Advertisement
Gimmick Politik
Langkah Giring, menurut Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute, Karyono Wibowo, terkesan prematur.
Pasalnya, banyak nama-nama, yang jauh hari sudah diprediksi bisa menjadi kandidat kuat pada 2024.
"Langkah Giring terkesan prematur karena pelaksanaan pilpres masih 4 tahun lagi. Walau sudah ada beberapa nama yang berpotensi menjadi calon presiden 2024 seperti Prabowo, Ganjar, Anies, Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, Puan Maharani dan lainnya, tetapi mereka belum menyatakan dengan tegas akan maju sebagai capres," kata Karyono kepada merdeka.com, Selasa (25/8/2020).
Karyono menuturkan, nama-nama yang beredar sering muncul di berbagai survei. Berbeda dengan Giring, yang tak ada sama sekali.
Atas hal itu Karyono berpendapat, deklarasi Giring bukanlah tujuan utama, melainkan ada hubungannya dengan strategi PSI.
"Saya menduga targetnya untuk mendapatkan benefit politik jangka pendek, yakni untuk menarik perhatian publik. Sosok Giring yang memiliki latar belakang artis sengaja ditokohkan sebagai capres dengan harapan mampu menjadi magnet yang bisa menyedot massa," jelas Karyono.
Senada, Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin mengatakan, langkah Giring hanya sekedar untuk mempromosikan PSI.
Selain itu, Ujang menilai, apa yang dilakukan Giring sesunguhnya hanya terkait marketing jualan politik dan gimmick politik dari PSI agar menyita perhatian masyarakat.
"Bisa saja hanya gimmick politik PSI saja agar dapat pemberitaan luas. Karena PSI tahu, soal pencapresan akan menyedot pemberitaan yang banyak. Soal pertanggung jawaban politik mereka abaikan termasuk soal resiko mereka sepertinya tak mau ambil pusing," tukas Ujang.