Rumah Retak-Retak Efek Tanah Bergerak, Warga Purworejo Dapat Hunian Tahan Gempa

Disperakim Jateng membangun 250 bangunan rumah tahan gempa yang disebut Rumah Unggul Sistem Panel Instan (Ruspin) di 15 kabupaten pada tahun ini.

oleh Gilar Ramdhani diperbarui 23 Okt 2020, 15:55 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2020, 15:55 WIB
Warga Purworejo Dapat Hunian Tahan Gempa
Pembangunan rumah tahan gempa Rumah Unggul Sistem Panel Instan (Ruspin) dari Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (Disperakim) Jawa Tengah.

Liputan6.com, Purworejo Rasa was-was masih belum hilang dari ingatan warga terdampak bencana tanah bergerak di Desa Donorejo, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo. Namun kini berangsur membaik setelah mereka mendapatkan bantuan rumah tahan gempa Rumah Unggul Sistem Panel Instan (Ruspin) dari Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (Disperakim) Jawa Tengah.

Satu di antaranya adalah Wagiman. Pria 58 tahun ini benar-benar pernah merasa khawatir ketika belum mendapatkan bantuan Ruspin. Ketika itu, kekhawatiran selalu saja meliputi manakala hujan lebat melanda kemudian berakibat tanah bergerak. Kalau sudah demikian, maka tanah bergerak akan merembet hingga bangunan permukiman. Imbasnya, bangunan, dan jalan rusak.

"Tinggal di atas (rumah lama) kena bencana dari tahun 2013. Terus 2017, itu kena bencana tanah bergerak. Jadi saya takut sekali. Soalnya nanti, tahu-tahu rumah saya ambruk," kata Wagiman ditemui di rumahnya yang baru, Kamis (22/10/2020).

Dia masih bersyukur karena bangunan rumahnya hanya retak di beberapa bagian. Kondisi itu belum sampai membuat bangunan roboh atau menimpa penghuninya. Kerusakan terjadi pada dinding, lantai retak, serta bangunan kamar mandinya miring. Sejumlah kerusakan telah ditangani namun was-was masih tetap membekas di benaknya.

Diceritakannya, jauh sebelum mendapatkan rumah bantuan, dia berupaya keras mencari lahan aman. Tujuannya untuk mendirikan rumah darurat berbahan kayu, yang nantinya akan menjadi tempat tinggal. Namun belum sempat ditempati, dia malah mendapatkan bantuan rumah. 

"Alhamdulillah dapat dari pak Gubernur rumah Ruspin ini. Saya senang sekali," ucapnya haru.

Dia mengaku ikhlas meninggalkan rumah lamanya dan tinggal di Ruspin. Dia berharap rumah barunya akan aman ditempati. Ada banyak kenangan di rumah lamanya. Seperti saat tanah bergerak terjadi. Seketika sejumlah bagian dinding rumahnya retak. Ketika itu, keluarga merasa khawatir tertimpa bangunan. Dalam kondisi kalut, mereka bertahan sambil mencari tanah yang aman.

Saat ini, dia siap menempati rumah baru.  Karena itulah, pria yang kesehariannya menjadi pemetik kelapa, menatanya. Seperti halnya akan menata supaya tersambung aliran listrik. Oleh karenanya dia sementara tinggal di rumah lama sampai rumah barunya siap huni. Meski dia menyadari jika ancaman tanah retak masih terjadi. Tapi dia sudah siap berlari ke rumah barunya. 

"Terima kasih pak gubernur rumah Ruspinnya. Mudah-mudahan ditempati saya, aman," harap pria yang sehari-hari sebagai pemetik buah kelapa.

 

Warga Tinggalkan Rumah Lama

Karno Wiyono (85), warga terdampak tanah bergerak lain yang juga penerima bantuan Ruspin, menuturkan jika saat ini dirinya telah memilih meninggalkan rumah lamanya. Sebab selain tanah bergerak berdampak pada keretakan parah bangunan, juga tak lagi aman dihuni.

"Bangunan (rumah lama) sampun (sudah) retak-retak," kata Karno yang mendirikan Ruspin di dekat hutan pinus di Desa Donorejo saat ditemui di rumah baru.

Tanaga Fasilitator Lapangan (TFL) Ruspin Desa Donorejo, Ardian Pratikto menambahkan di desanya ada 11 unit bantuan Ruspin. Sebab, ke 11 rumah warga itu mengalami kerusakan akibat tanah bergerak. Ada yang rusak parah, dan ada yang sekadar retak-retak.

"Tanahnya sudah longsor. Retak-retak. Sebagian (warga) sudah pindah dan sebagian masih ditempati. Kalau hujan deras, mereka evakuasi di lokasi  yang aman seperti musala, atau ke rumah (Ruspin) yang sudah dibangun," kata Ardian di Donorejo.

Adapun penerima manfaat Ruspin tidak hanya mereka para warga terdampak tanah bergerak, tapi juga mereka kalangan miskin. Satu diantaranya adalah Komarudin (55) warga Kelurahan Sucenjuru Tengah, Kecamatan Bayan, Purworejo.

Komarudin bersama keluarga selama ini tinggal di rumah orang tuanya. Kini, dia mendapat bantuan rumah tahan gempa yang lokasinya berdekatan dengan rumah yang ditinggalinya semula. 

"Saya senang telah mendapatkan bantuan dari pak gubernur. Karena selama ini berangan-angan ingin punya rumah," kata pria yang bekerja sebagai petani ini.

Rasa bersyukur juga tak henti-hentinya terucap dari mulut penerima manfaat lain di kabupaten tetangga, Wonosobo. Adalah Budi Setyanto (29) warga Desa Reco, Kecamatan Kertek. Dia merasa bersyukur atas bantuan rumah itu. Sebab semula, dia bersama keluarga tinggal di rumah bekas kandang sapi. 

“Tanah milik desa. Kandang sapi tadinya, saya buat rumah, saya tinggali bersama anak dan istri,” kata Budi ditemui sedang membagun Ruspin bersama rekannya.

Rasa syukur serupa juga diungkapkan warga Desa Reco lainnya, Triyono (50). Petani ini mengaku dengan memiliki rumah baru berupa Ruspin, dia bisa mandiri bersama keluarga kecilnya. "Semula tinggal bersama orang tua," kata dia.

"Akhirnya bisa memiliki rumah sendiri," ucap Triyono senang.

 

Disperakim Jateng Bangun 250 Unit Rumah

Warga Purworejo Dapat Hunian Tahan Gempa
Pembangunan rumah tahan gempa Rumah Unggul Sistem Panel Instan (Ruspin) dari Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (Disperakim) Jawa Tengah.

Disperakim Jateng tercatat membangun 250 unit rumah tahan gempa pada 2020.  Sampai kekuatan gempa yang berkekuatan tertentu. "Ruspin memang didesain tahan gempa. Bahkan hingga skala (SR) 9 masih kuat," kata Kepala Disperakim Arief Djatmiko ditemui di ruang kerjanya di Jalan Madukoro, Kota Semarang, Senin (19/10/2020).

Menurut Arief, Ruspin memang didesain sebagai bangunan yang tahan gempa hingga kekuatan 9 SR sekalipun. Seperti halnya, bangunan Ruspin memiliki konstruksi sederhana yakni hanya dirakit dan memiliki nilai rigid yang sangat kuat atau kaku yang bagus. Hal ini berdasarkan pada teknologi dari Pusat Penelitian Pengembangan Permukiman (Puslitbangkim) yang menyatakan bangunan Ruspin bisa tahan gempa berkekuatan 9 SR.

Arief menuturkan program Ruspin ini di Jawa Tengah diperuntukan bagi warga miskin, karena ingin memenuhi kebutuhan rumah warga. Adapun secara teknis, rumah ini mudah dikerjakan sehingga tidak membutuhkan peralatan rumit, hanya alat sederhana, serta masyarakat miskin bisa mengerjakannya secara gotong-royong (komunitas) maupun sendiri.

Sementara untuk mekanisme perakitannya, Disperakim telah memberikan pelatihan terlebih dulu kepada penerima manfaat. Dia membeberkan lebih lanjut, teknologi Ruspin ini terdiri dari dua komponen yaitu komponen pembentuk kolom dan komponen penguat tegakan alur. Yang mana, saat dirakit bisa memakan waktu tiga hari dengan tiga orang tukang untuk pengerjaan bagian struktur bangunan. Setelah selesai, barulah dilakukan pembangunan lanjutan, baik berupa atap, dinding dan lantai. 

"Secara keseluruhan membutuhkan waktu tiga sampai empat minggu saja (waktu pengerjaan)," jelasnya.

Disperakim memilih dua pengerjaan Ruspin. Yaitu Ruspin Pembangunan Baru Mandiri untuk warga miskin yang kekurangan rumah (backlog), dan Pembangunan Baru Terdampak Bencana untuk daerah rawan bencana. Untuk pengerjaan Ruspin di daerah rawan bencana baru dilakukan di Kabupaten Purworejo dengan jumlah 11 unit rumah. Saat ini, untuk pengerjaan di Purworejo di daerah rawan bencana, ada yang sudah berdiri dan ada yang sedang dalam proses pengerjaan.

Sedangkan Ruspin Pembangunan Baru Mandiri untuk warga miskin dibangun di 15 kabupaten. Yaitu Purworejo, Wonosobo, Banjarnegara, Pemalang, Brebes, Blora, Rembang, Klaten, Sragen, Temanggung, Demak, Pati, Jepara, Kebumen, dan Grobogan. Saat ini untuk pengerjaannya sudah ada yang selesai, dan lainnya sedang dalam proses.

Program ini, lanjutnya, merupakan salah satu ikhtiar Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk mengurangi backlog rumah di Jateng. Backlog adalah selisih antara jumlah kebutuhan hunian dengan jumlah ketersediaan hunian yang ada. Program ini diarahkan pada dua hal. Pertama, untuk memenuhi kebutuhan rumah. Kedua, untuk memanfaatkan teknologi Ruspin pada kawasan bencana. 

Secara teknis, Ruspin ini merupakan produk Puslitbangkim Pekerjaan Umum yang baru saja diluncurkan. Pihaknya memilih Ruspin karena memiliki kepraktisan dan bisa dilakukan masyarakat secara umum. 

"Program ini baru saja dilaunching di Jawa Tengah tahun 2020 ini," ujarnya.

Arief juga menambahkan untuk pengerjaan, pihaknya terus melakukan pendampingan supaya kualitasnya tetap terjaga. Termasuk untuk bangunan Ruspin di titik bencana. Pihaknya berharap ke depan, Ruspin tidak hanya dibangun pemerintah provinsi tapi juga komunitas di masyarakat yang peduli dengan masalah rumah.

“Itu sesuai dengan tagline Jateng Gayeng Bangun Omah Bareng,” ujarnya.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya