Liputan6.com, Jakarta - Anggota Komisi VI DPR Deddy Sitorus menyoroti soal bocornya data PT Pertamina EP yang berhasil dibobol hacker pada Maret 2021 lalu.
Anggota dewan dari dapil Kalimantan Utara ini mewanti-wanti bahwa IT jangan dilihat sebagai proyek yang terpisah-pisah.
Baca Juga
"Saya mendorong agar sistem IT Pertamina benar-benar terintegrasi untuk efisiensi dan keamanan. Sehingga IT jangan dilihat sebagai proyek yang terpisah-pisah," ujar Deddy melalui keterangan tertulis, Senin (26/4/2021).
Advertisement
Hal senada juga disampaikan anggota Komisi VI DPR Herman Khaeron. Ia melihat bahwa hampir di semua lembaga di Indonesia masih memiliki perlindungan yang lemah terhadap data.
Herman pun meminta kepada Pertamina untuk serius membenahi persoalan ini.
"Untuk BUMN yang strategis dan vital harus meningkatkan proteksi data dari kemungkinan heker, dan tentu menjaga agar kerahasiahaanya terjaga," jelas Herman.
Sebelumnya, pada pertengahan Maret 2021 lalu, data internal PT Pertamina EP berhasil dibobol Hacker. Data itu kemudian diunggah ke situs dark web.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dibobol RansomEXX
RansomEXX adalah pihak yang mengklaim melakukan pembobolan data tersebut. Informasi ini pertama kali diunggah oleh akun twitter Data Tracer. Peretasan data itu dipublikasikan pada 19 Maret 2021 dan berukuran 430,6 MB.
"Geng RansomEXX mengklaim telah meretas perusahaan minyak dan gas alam milik negara Indonesia dan membocorkan data internal ke DarkWeb," cuit @darktracer_int.
Akun Twitter itu juga menyebutkan, selain Pertamina, ada 26 korban yang dicuri datanya oleh para hacker. 26 korban itu adalah perusahaan-perusahaan di sektor yang sama seperti PT Pertamina EP.
"Di antara korban yang data internalnya dibocorkan ke #DarkWeb oleh geng #ransomware, ada 26 korban di sektor Pertambangan, Minyak, Gas," ungkap akun @darktracer_int.
Advertisement