Lembaga Eijkman: Belum Ada Temuan Mutasi Virus Covid-19 B117 di Indonesia

Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio mengaku belum ada temuan di Indonesia B117, variasi baru dari mutasi virus Corona yang merebak di Inggris, Australia, dan Singapura.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Des 2020, 04:25 WIB
Diterbitkan 26 Des 2020, 04:25 WIB
Gambar ilustrasi Virus Corona COVID-19 ini diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Centers For Desease Control And Prevention (CDC). (AFP)
Gambar ilustrasi Virus Corona COVID-19 ini diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Centers For Desease Control And Prevention (CDC). (AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio mengaku belum ada temuan di Indonesia B117, variasi baru dari mutasi virus Covid-19 yang merebak di Inggris, Australia, dan Singapura. Kendati demikian, Eijkman masih secara intensif menganalisa terhadap berbagai varian baru virus di Indonesia.

"Ya kami meneliti whole genetics sudah sejak lama, tapi sampai saat ini yang sudah dianalisis belum ditemukan varian tersebut tapi kami masih akan meneliti varian virus virus baru. Masih butuh waktu," ujar Amin, Jumat (25/12/2020).

Sejauh ini Indonesia baru meneliti 115 whole genetic virus. Sementara di Inggris, menurut Amin telah melakukan penelitian puluhan ribu genetik virus. Hal itu yang menyebabkan Inggris dan beberapa negara mengonfirmasi varian baru virus Corona dengan cepat.

Jika dibandingkan dengan metode pelacakan mutasi baru dari virus Covid-19, Amin memastikan tidak ada perbedaan antara Indonesia dengan Inggris atau negara yang telah mengonfirmasi B117.

"Sebetulnya caranya sama. Caranya dengan uji lab sequence artinya cara yang dipakai untuk mendeteksi baik yang di Inggris maupun di Australia atau Singapura itu sama persis seperti yang dilakukan di Eijkman, hanya saja mereka melakukannya lebih massif di Inggris, kalau di Indonesia baru 115 virus yang dianalisis kalau di Inggris sudah puluhan ribu," jelasnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Mutasi

Sebelumnya, Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro mengatakan, mutasi baru Covid-19 yang ditemukan di Inggris sampai saat ini belum ada bukti telah menyebar di Indonesia. Kendati begitu, dia mengakui pengawasan di Indonesia memang belum secanggih Inggris.

"Saat ini kita simpulkan belum ada bukti varian ini sudah ada atau menyebar di Indonesia," ujar Bambang dalam siaran YouTube BNPB, Kamis (24/12).

Inggris Australia dan Singapura telah mengonfirmasi menemukan varian baru dari Covid-19.

Dia mengatakan, Indonesia perlu mewaspadai penyebaran jenis baru Covid-19 ini. Apalagi, kasus positif dan penyebaran Covid-19 di Indonesia semakin meningkat.

"Kita harus waspada dengan tingkat peningkatan kasus positif dan juga infeksi makin tinggi kita harus jaga agar varian ini tidak membuat keadaan berat," kata Bambang.

Kendati tingkat penyebaran dan penularan Covid-19 baru ini lebih cepat, belum ada bukti yang menunjukan tingkat keganasan atau tingkat kematian terpapar virus ini lebih tinggi.

"Belum ada bukti tingkat keparahan lebih dan juga tidak menambah tingkat kematian," ucap Bambang.

Hanya saja, yang perlu dikhawatirkan adalah akurasi swab test PCR. Bambang mengatakan, mutasi Covid-19 ini bisa mengurangi akurasi swab test PCR.

"Kalau mesin PCR diagnostik menargetkan gen s maka kemungkinan ada gangguan akurasi dengan adanya varian ini," kata Bambang.

Sementara, apakah mutasi Covid-19 ini akan membuat vaksin tidak efektif, Bambang memastikan tidak akan terganggu.

"Vaksin masih tetap efektif meski ada varian baru ini," ucapnya.

Reporter: Yunita Amalia

Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya