Liputan6.com, Jakarta Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin mengatakan, tidak ingin masyarakat terlebih umat Islam di Indonesia memiliki pikiran sempit dalam perkembangan peradaban. Dia pun mencontohkan yang disebutnya pikiran sempit seperti tak percaya akan adanya Covid-19.
"Saya tidak ingin umat Islam ikut dalam arus berpikir sempit seperti fenomena yang muncul belakangan ini. Contoh sederhana cara berpikir sempit adala tidak percaya bahwa Covid-19 adalah nyata atau percaya pada teori-teori konspirasi tanpa mencoba untuk memahami fenomena dengan akal sehat dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan," kata Ma'ruf Amin saat memberikan sambutan pada Milan Masjid Istiqlal ke 43 secara virtual, Senin 22 Februari 2021.
Baca Juga
Dia menuturkan, cara berpikir sempit ini memunculkan sifat egoistik, tidak menghargai perbedaan pendapat serta tidak mau berdialog. Tidak hanya itu, kata dia, ini juga bisa melahirkan pola pikir yang menyimpang dari arus utama, bahkan menjadi radikal yang dapat menjustifikasi kekerasan dalam menyelesaikan masalah.
Advertisement
Ma'ruf Amin juga mengungkapkan, cara berpikir sempit juga dapat menghambat dan kontra produktif terhadap upaya membangun kembali peradaban Islam. Hal tersebut kata dia yang menjadi salah satu penyebab mengapa banyak negara berpenduduk muslim masih tergolong under developed country.
"Mengalami ketertinggalan dalam bidang ekonomi, pendidikan, iptek dan bidang lainnya," kata Ma'ruf Amin.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Pemikiran Moderat Bukan Liberal
Ma'ruf Amin menuturkan, umat Islam perlu memiliki pemikiran yang moderat, serta dinamis namu tetap koridor manhaji dan tidak ekstrim.
Menurut dia cara berpikir moderat dan dinamis tersebut mengandung arti tidak bisa hanya memahami secara tekstual. Serta menolak perkembangan ilmu pengetahuan.
Akan tetapi kata Ma'ruf tidak bisa menyerahkan sepenuhnya pada perkembangan ilmu pengetahuan dan mengabaikan motivasi agama dalam memandang dan menyikapi setiap persoalan yang muncul dalam kehidupan keseharian.
"Maksudnya disini tidak berpikir secara liberal," kata dia.
Reporter: Intan Umbari
Sumber: Merdeka.com
Advertisement