Baitul Muslimin PDIP: Serangan Israel ke Masjid Al-Aqsa Bukti Radikalisme Agama Berbahaya

Gus Falah mengecam tindakan keji tentara Israel yang menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsa. Menuruntnya tindakan itu adalah bukti bahwa radikalisme agama membahayakan perdamaian.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Apr 2023, 12:01 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2023, 09:23 WIB
Sekretaris Umum  Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) Nasyirul Falah Amru (Gus Falah) mengecam tindakan keji tentara Israel yang menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsa. (Istimewa)
Sekretaris Umum Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) Nasyirul Falah Amru (Gus Falah) mengecam tindakan keji tentara Israel yang menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsa. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Umum  Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) Nasyirul Falah Amru (Gus Falah) mengecam tindakan keji tentara Israel yang menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsa. Menuruntnya tindakan itu  adalah bukti bahwa radikalisme agama membahayakan perdamaian. 

Gus Falah mengungkapkan, pemerintahan Israel saat ini dikuasai oleh koalisi ekstremis-radikalis Yahudi dibawah pimpinan Benjamin Netanyahu.

"Sejak memenangkan Pemilu 1 November, Netanyahu ini membentuk pemerintahan bersama partai-partai Yahudi garis keras di bawah aliansi Zionisme Religius. Mereka ini berbasiskan radikalisme Yahudi, dan punya tendensi intoleran terhadap warga minoritas Muslim dan Kristen Israel, apalagi terhadap warga Palestina," ungkap Gus Falah dalam keterangan tertulisnya, Senin (10/4/2023). 

Politisi PDI Perjuangan itu melanjutkan, tindakan Israel yang membahayakan perdamaian sudah dimulai pada awal tahun ini, ketika Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir secara provokatif memasuki kompleks Masjid Al-Aqsa. 

Itamar, ujar Gus Falah, adalah Ketua partai Yahudi radikal, Jewish Power.

Tokoh radikal Yahudi lainnya di pemerintah Netanyahu adalah Menteri Keuangan Bezalel Smotrich. Gus Falah mengungkapkan,  Smotrich pernah menyatakan bahwa tidak ada yang namanya rakyat Palestina. 

Smotrich juga pernah menyerukan agar kota Huwara di Tepi Barat “dimusnahkan”. 

"Orang-orang seperti Ben-Gvir dan Smotrich ini tidak mau mengakui keberadaan negara Palestina, dan mendukung perluasan pendudukan Israel atas Tepi Barat yang sejatinya wilayah Palestina. Mereka ini para pelaku politik identitas yang menggunakan pandangan agama Yahudi yang ekstrem, guna meraih dukungan publik," papar Gus Falah. 

Pandangan keagamaan yang ekstrem itu, yang mendasari berbagai tindakan intoleran mereka terhadap warga Palestina. Gus Falah mengungkapkan, baru-baru ini para pemukim Yahudi sayap kanan kembali menyerbu masuk halaman Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur dengan pengawalan polisi Israel.

 

Bahaya Intoleransi Radikalis Yahudi

Gus Falah pun mengungkapkan, intoleransi kaum radikalis Yahudi itu juga menyasar minoritas Kristen. Sejak rezim Netanyahu berkuasa, serangan terhadap warga dan tempat ibadah Kristen di Yerusalem bertambah dahsyat. 

"Jadi, apa yang terjadi di Israel itu adalah contoh nyata, ketika perdamaian dan kesetaraan memburuk tatkala radikalis agama yang 'getol' mainkan politik identitas berkuasa," tegas Gus Falah.

"Karena itu, selain terus pada posisi berpihak pada bangsa Palestina yang tertindas, bangsa Indonesia juga harus menolak radikalisme agama, serta mencegah kaum radikalis berkuasa agar situasi buruk di Israel tak terjadi disini. Sebab radikalisme dari agama manapun, pasti membahayakan perdamaian dan kesetaraan," tambah Ketua Tanfidziyah PBNU itu.

Infografis Rentetan Konflik Terbaru Israel - Palestina. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Rentetan Konflik Terbaru Israel - Palestina. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya