Liputan6.com, Jakarta Suhu udara dingin yang melanda wilayah Bandung dan sekitarnya menjadi perbincangan belakangan ini. Hal ini dikarenakan di beberapa daerah seperti Bandung, Cimahi, dan Jatinangor mengalami suhu dingin yang bisa mencapai 17 derajat Celcius. Akibatnya, masyarakat harus mengenakan pakaian yang lebih tebal dari biasanya.
Padahal, Indonesia saat ini memasuki musim kemarau.
Baca Juga
Salah seorang warga Bandung bernama Annisa Rahayu, menjelaskan suhu di daerahnya menjelang subuh dan malam hari akan terasa lebih dingin.
Advertisement
“Kalau pagi itu dingin bisa 16 derajat, tapi kalau siang panasnya terik,” ujar Nisa saat dihubungi.
Hal ini juga dirasakan oleh Syifa yang sedang menimba ilmu di salah satu universitas di Jatinangor. Dia mengatakan cuaca di Jatinangor lebih dingin dari biasanya.
"Malam hari itu dingin, bahkan biasanya aku pake kipas sekarang enggak," kata Syifa.
Sementara itu, Riska yang merupakan warga Cimahi, menjelaskan cuaca di daerahnya tersebut tidak bersahabat. Biasanya cuaca pagi dan malam hari cukup dingin. Akan tetapi, belakangan ini suhu udara malam sangat panas.
Disamping itu, cuaca mendung kerap kali terjadi di siang hari. Akibatnya, Riska mengaku mengalami demam karena perubahan cuaca drastis tersebut.Â
"Selama pertengahan Juli lumayan dingin cuaca di daerah Cimahi, gara-gara itu aku terserang flu dan sempat demam beberapa hari. Jadi kalo perubahan cuaca itu ngaruh atau nggak, sih yang jelas ada efeknya buat aku pribadi,” jelas Riska.Â
Perubahan Cuaca di Kota Bandung, BMKG: Fenomena Alamiah
Menjawab perubahan cuaca yang terjadi di wilayah Bandung, belum lama ini Plt Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ardhasena Sopaheluwakan mengatakan bahwa suhu udara yang terjadi di Bandung dan sekitarnya merupakan fenomena alamiah yang biasa terjadi pada musim kemarau.
"Karena udaranya kering, jadi kapasitas untuk menyimpan panas tidak sebanyak ketika misalkan udaranya lembab. Jadi pada saat pagi dingin di daratan kan lebih cepat memanas, makanya siang itu panas. Jadi begitulah cuaca pagi dan siang ketika musim kemarau," ujar Ardhasena kepada wartawan Liputan6.com.
Dia menjelaskan perbedaan cuaca antara pagi dan siang itu terlihat di daerah dataran tinggi. Jika malam terasa panas, maka paginya terasa lebih dingin.Â
"Kalo pagi di Jakarta juga lebih ade, tapi kontrasnya tidak sebesar di daerah pegunungan," ujarnya.
Musim kemarau ini akan berlangsung hingga September. Namun, untuk suhu dingin yang terjadi di Bandung, Dieng, Malang hanya terjadi beberapa minggu saja.
Menurut data BMKG, pada 14 Juli hingga 18 Juli 2023, suhu minimum di Bandung mencapai 17 derajat Celsius. Angka tersebut dapat dikatakan sebagai dibawah suhu minimum normal.
Kepala BMKG Bandung Teguh Rahayu, menyebut suhu minimum normal pada bulan Juli itu mencapai 18,2 derajat Celsius, sedangkan pada Agustus mencapai 17,5 derajat Celsius.
Suhu udara dingin yang terjadi saat ini memang fenomena yang terjadi setiap tahunnya yaitu saat masa puncak kemarau pada Juli-Agustus.
“Pada 14-18 Juli, BMKG mencatat suhu Kota Bandung sempat mengalami kenaikan dari 19 derajat ke 20 derajat celsius. Namun pada 18 Juli memang terjadi penurunan suhu ke 17 derajat Celsius," terang Rahayu.
Â
Â
Advertisement
Monsoon Australia Pengaruhi Suhu Dingin di Sebagian Wilayah Indonesia
Senior Forecaster Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sunardi juga menjelaskan bahwa wilayah pulau Jawa hingga Nusa Tenggara Timur (NTT) tengah memasuki musim kemarau. Periode kemarau tersebut dikenali dengan pergerakan angin dari arah timur ke tenggara yang berasal dari Benua Australia.Â
Dia mengungkap di Australia saat ini berada dalam periode musim dingin karena pola tekanan udara di Australia relatif tinggi hingga mengakibatkan pergerakan massa udara dari benua itu menuju ke Indonesia. Istilah fenomena ini dikenal dengan nama Monsoon Dingin Australia.Â
Monsoon Dingin Australia terus bertiup menuju wilayah Indonesia dengan melintasi perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut yang relatif lebih dingin. Oleh sebab itu, suhu di beberapa wilayah Indonesia terutama bagian selatan khatulistiwa seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, terasa lebih dingin.
Kemudian, minimnya awan dan hujan di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara juga mempengaruhi keadaan suhu dingin di malam hari. Hal ini terjadi akibat tidak adanya uap air dan air, sehingga di atmosfer tidak menyimpan energi radiasi yang dikeluarkan oleh Bumi pada malam hari.
Selain itu, angit yang bersih tanpa awan juga mengakibatkan panas radiasi balik gelombang panjang langsung dilepaskan ke atmosfer luar. Inilah yang menyebabkan udara terasa lebih dingin terutama di pagi dan malam hari.Â
Â