Liputan6.com, Jakarta - Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Maruarar Sirait resmi mengundurkan diri dari partai yang diketuai Megawati Soekarnoputri.
Pria yang kerap disapa Ara ini mulai bergabung dengan PDIP sejak tahun 1999. Partai berlambang kepala banteng moncong putih itu dipilih Maruarar Sirait sebagai kendaraan politiknya.
Baca Juga
Itu artinya, genap 25 tahun sudah, pria kelahiran Kota Medan, 23 September 1969 tersebut berkiprah di bidang politik lewat bendera PDIP.
Advertisement
Lantas, hal apa yang membuat Maruarar Sirait memutuskan untuk mundur dari PDIP? Menurut Maruarar, keputusan tersebut dilakukan karena akan mengikuti jejak Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Pengunduran diri tersebut diungkap Maruarar di Kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Senin, 15 Januari 2024.
"Saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Mega, Pak Hasto, dan jajaran partai, karena selama ini sudah mengizinkan saya berbakti melalui PDIP. Dan sesudah saya berdoa dan berdiskusi dengan orang terdekat, teman-teman terdekat, saya memutuskan untuk pamit dari PDI Perjuangan hari ini," tutur Maruarar di Kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Senin.
Dia pun menyatakan permohonan maaf karena berpaling dari PDIP.
"Saya mohon maaf, saya mengajarkan kalian untuk loyal tetap bersama PDI Perjuangan, tetapi izinkanlah dengan keterbatasan saya pamit. Semoga PDI Perjuangan mendapatkan kader yang lebih baik, lebih loyal, lebih profesional, dan lebih berkualitas dari saya. Mohon pamit, merdeka," Maruarar menandaskan.
Sebagai informasi, dalam perjalanan kariernya, Maruarar Sirait pernah menjabat sebagai Manager KKBM Unpar Bandung. Dia pun dikenal aktif saat mahasiswa dengan mengikuti organisasi Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI).
Dari sinilah, Ara mulai mempelajari banyak mengenai dunia politik hingga akhirnya melabuhkan hatinya untuk PDIP.
Berikut sederet fakta Maruarar Sirait yang pamit dari PDIP, dihimpun dari Liputan6.com:
1. Maruarar Sirait: Saya Pilih Bersama Pak Jokowi
Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Maruarar Sirait resmi pamit dan keluar dari partai politik (parpol) yang diketuai Megawati Soekarnoputri itu. Maruarar Sirait memilih mengikuti jalan politik Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Politikus yang akrab disapa Ara ini mendoakan agar PDIP tetap menjadi partai besar yang memperjuangkan Pancasila, kebenaran, dan keadilan. Dia lantas membeberkan alasannya keluar dari PDIP dan memilih mengikuti Presiden Jokowi.
"Saya memilih untuk mengikuti langkah Pak Jokowi, karena saya percaya Pak Jokowi adalah pemimpin yang sangat didukung oleh rakyat Indonesia, kepercayaan publiknya proof ratingnya 75-80 persen, beliau sudah memperjuangkan banyak hal," katanya.
"Bagaimana tegas menghadapi radikalisme, bagaimana membuat mayoritas saham Indonesia di Freeport dan bagaimana juga membantu rakyat kecil, dan juga memindahkan ibu kota, adanya pemerataan. Jadi, saya memilih bersama dengan Bapak Jokowi dalam pilihan politik saya berikutnya ke depan. Mohon doa restunya," kata Ara menambahkan.
Advertisement
2. Maruarar Minta Maaf
Kepada seluruh jajaran PDIP, Maruarar Sirait meminta maaf atas keputusannya itu. Pasalnya, dia yang menjunjung tinggi loyalitas malah akhirnya memilih berpaling dari partai tersebut.
Sebelumnya, Koordinator Jaringan Milenial Nusantara (JMN) Yogen Sogen, mendorong Politikus PDIP Maruarar Sirait masuk dalam struktur Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud Md
Menurut dia, sosok pria yang akrab disapa Ara Sirait itu cukup diterima di kalangan Generasi Milenial dan Gen-Z.
"Bang Ara selama ini gerakannya cukup massif bersam anak muda. Beberapa agenda untuk memenangkan Ganjar sudah dilakukan. Selain itu 2.5 juta kaos yang digelontorkan oleh keluarga Pak Sabam Sirait untuk kemenangan Ganjar juga sudah disebarkan oleh anak-anak muda militan yang membasis di akar rumput," ujar Yogen dalam keterangannya, Selasa (24/10/2023).
Dia menuturkan, komposisi TPN Ganjar Pranowo cukup bagus dan menjadi perhatian publik karena diisi oleh berbagai kalangan yang kompeten.
"Jika Bang Ara masuk dalam struktur TPN akan lebih bagus untuk memperkuat dukungan terhadap Mas Ganjar dan Pak Mahfud di basis milenial dan gen z," ungkap Yogen.
Menurut dia, Ara Sirait salah satu tokoh pemuda yang selama ini memiliki kedekatan terhadap Berbagai kalangan. Bahkan, sosok yang loyal.
3. Minta Doa Restu ke Sejumlah Politikus PDIP
Sebelum pergi meninggalkan DPP PDI Perjuangan, Maruarar sempat menyebutkan beberapa nama-nama untuk meminta doa restu kepada mereka.
"Mohon doa restunya dan kepada teman-teman semua di PDI Perjuangan, senior saya Mas Bambang Dh, Mas Rudi di Solo ada Romo Suryo di Kepri, ada kang Rudi di Jawa Barat, teman-teman saya di DPP ada Mas Utut, ada Mas Pacul ada Mas Rudi, Anton Chen dan teman-teman saya di Taruna Merah Putih ada Lae Sukri Nababan," sebutnya.
"Teh Rieke ada Bang Effendi Sianipar ada Charles ada Marilus ada indah ada agung Rei dan teman-temannya selama ini berjuang ada mbak restu, Mbak Maya Dewi, Kiki dan sebagainya. Dan juga junior-junior saya, ada brando, ada Niko ada Seno di Jawa Timur dan banyak lagi ada Samuel di Bekasi," sambungnya.
Terakhir, ia meminta maaf dan meminta kepada kader PDI Perjuangan lainnya agar tetap loyal.
Advertisement
4. PDIP Terima Pengunduran Diri Maruarar Sirait
Sementara itu, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyatakan partai menerima pengunduran diri Maruarar Sirait.
"DPP partai telah menerima laporan dari Pak Utut Adianto bahwa Pak Ara Sirait telah mengajukan pengunduran diri dengan menyerahkan KTA partai," kata Hasto dalam keterangannya, Selasa (16/1/2024).
Hasto menyebut, menjadi anggota partai pada dasarnya disandarkan pada prinsip kesukarelaan, demikian halnya untuk tidak menjadi anggota pun tentu dapat mengajukan pengunduran diri.
"DPP partai menerima pengunduran diri Pak Ara Sirait. Terlebih dengan kondisi Pak Ara sekarang yang sudah semakin berhasil sebagai pengusaha. Beberapa foto Pak Ara dengan pengusaha menunjukkan keberhasilan itu," jelas dia.
Lebih lanjut, katanya, pengunduran diri itu pun menjadi bagian dari konsolidasi kader partai. Terlebih, hal itu terjadi saat PDIP tengah berjuang untuk menempatkan kedaulatan rakyat sebagai hukum tertinggi dalam menentukan pemimpin.
"Dan sekaligus melakukan koreksi terhadap berbagai upaya yang mencoba untuk melanggengkan kekuasaan sampai harus terjadi pelanggaran etik berat oleh Anwar Usman melalui manipulasi hukum di MK," Hasto menandaskan.