Ikut Program PHC Nusantara, Dosen Poltekba Bakal Rancang Desain Drone Bawah Laut

Program Partenariat Hubert Curien (PHC) Nusantara telah disiapkan Kemendikbudristek untuk meningkatkan jaringan akademik Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Indonesia dengan dunia, khususnya Prancis.

oleh Fachri pada 29 Jun 2024, 15:55 WIB
Diperbarui 29 Jun 2024, 15:54 WIB
Kemendikbudristek.
Dosen dari Politeknik Negeri Balikpapan, Hadi Hermansyah berhasil lolos dan mengikuti program PHC Nusantara. (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Program Partenariat Hubert Curien (PHC) Nusantara telah disiapkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk meningkatkan jaringan akademik Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Indonesia dengan dunia, khususnya Prancis.

Melalui program tersebut, memungkinkan kerja sama antara peneliti Indonesia dengan Prancis pada bidang-bidang prioritas. Dengan begitu, pertukaran pengetahuan dan teknologi yang unggul antara pusat-pusat penelitian di kedua negara terjalin.

Berkaitan dengan itu, salah satu peneliti yang juga dosen dari Politeknik Negeri Balikpapan, Hadi Hermansyah berhasil lolos dan mengikuti program PHC Nusantara. Ia merupakan dosen pada Program Studi (Prodi) D-3 Alat Berat di Poltekba yang aktif dalam penelitian dan publikasi ilmiah.

“Selain bisa mengembangkan riset keilmuan, manfaat dari kegiatan ini adalah memang jejaring penelitian yang sifatnya internasional dan ini menjadi nilai tambah bagi kami para dosen,” kata Hadi beberapa waktu lalu.

Pada penelitian kali ini, Hadi mengambil tema Earth and Space Science dengan judul penelitian “MESOSCALE EDDIES–INTERNAL WAVE INTERACTIONS AND ITS ROLE IN THE TRANSFORMATION OF THE INDONESIAN THROUGHFLOW WATERS”. Untuk penelitiannya kali ini, Hadi akan bekerja sama dengan Laboratoire D’etudes Géodésique Océanographie Spatiale (LEGOS) di Toulouse.

Riset itu terkait dengan isu perubahan iklim besar-besaran yang terjadi di berbagai belahan dunia. Sebagai seorang oceanografer, Hadi ingin melihat, perubahan iklim yang terjadi saat ini sangat dipengaruhi oleh perubahan komposisi air laut.

“Kami ingin menghasilkan model laut regional khususnya model transformasi massa air di Perairan Indonesia dan bisa berdampak pada dunia secara keseluruhan,” ujar Hadi.

Sempat Kesulitan

Sebagai program baru di Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek, Hadi mengaku cukup kesulitan untuk mendapatkan mitra penelitian di Prancis. Ia menyebut, Prancis cukup selektif untuk melakukan kolaborasi riset dengan negara lain.

“Tapi syarat dari program ini adalah kita harus memiliki mitra riset dari Prancis,” ujarnya.

Lalu, Hadi mencoba menghubungi Kedutaan Prancis di Indonesia untuk menjajaki peluang kerja sama dengan lembaga-lembaga penelitian Prancis yang sejalan dengan risetnya.

“Akhirnya, pihak Kedubes Prancis mencarikan lembaga yang sekiranya sesuai dan ternyata ada, kemudian direkomendasikan salah satunya adalah LEGOS," ucap Hadi.

"Selanjutnya, peneliti melakukan komunikasi langsung secara intens dengan pihak mitra dan peneliti mitra di Perancis memberikan respons yang sangat baik dan sepakat dengan topik riset yang ditawarkan,” jelasnya.

LEGOS merupakan laboratorium riset yang fokus untuk menangani riset-riset yang berkaitan dengan oseanografi dan diakui dunia internasional. Oleh karena itu, Hadi mengaku sangat tertarik akan masa depan kolaborasi riset yang akan dilakukan selama dua tahun ini.

“Penelitian tentang kemaritiman belum menjadi perhatian serius di Indonesia dan dengan keterlibatan mitra asing serta institut laboratorium berkelas dunia tentu akan menunjang pengembangan riset yang kami lakukan,” ungkap Hadi.

Rancang Drone Bawah Laut

Hadi berharap agar risetnya dapat berjalan dengan lancar. Dalam waktu dekat, Hadi dan tim akan dikirim ke Prancis untuk riset di laboratorium mitra.

“Selain jurnal internasional yang dipublikasi pada Jurnal internasional terindeks Scopus, sebagai luaran lain dari program riset kolaborasi ini, kami juga akan merancang desain Autonomous Underwater Vehicles (UAVs)-drone bawah laut," ujarnya.

"Selama ini Indonesia cukup kesulitan untuk mengetahui kondisi bawah laut Indonesia yang memang sangat bervariasi,” imbuh Hadi.

Di sisi lain, Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Vokasi, Kiki Yuliati, mengatakan bahwa penguatan dan kolaborasi riset dan inovasi menjadi salah satu fokus Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi dalam rangka transformasi dan akselerasi perguruan tinggi vokasi di Indonesia.

“PHC Nusantara mendorong terciptanya ekosistem kolaborasi riset antara perguruan tinggi vokasi dengan periset, ilmuwan dari luar negeri khususnya dengan Prancis untuk mencari solusi atas permasalahan dan tantangan dunia yang semakin kompleks ini seperti perubahan iklim,” katanya.

“Di sisi lain, program ini juga akan mendorong publikasi bersama yang penting dalam memajukan penelitian dan pendidikan tinggi vokasi di Indonesia,” jelas Kiki.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya