Cegah Stunting, Ahli Gizi Ingatkan Para Ibu Berikan Gizi Seimbang ke Anak

Perempuan menjadi pilar ketahanan pangan keluarga yang perlu dibekali dengan pengetahuan agar dapat mengelola pangan yang bermutu dan bergizi, khususnya bagi anak-anak.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 19 Jul 2024, 14:07 WIB
Diterbitkan 19 Jul 2024, 05:00 WIB
Penyuluhan edukasi terkait ketahanan pangan bagi para ibu dan balitanya. Kegiatan tersebut, dilangsungkan di Rusunawa Tambora pada Kamis (18/7) (Istimewa)
Penyuluhan edukasi terkait ketahanan pangan bagi para ibu dan balitanya. Kegiatan tersebut, dilangsungkan di Rusunawa Tambora pada Kamis (18/7) (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Tim Pengabdian Masyarakat dari Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Program Ketahanan Nasional Universitas Indonesia, Dr. Palupi Lindiasari Samputra, mengadakan penyuluhan edukasi terkait ketahanan pangan bagi para ibu dan balitanya. Kegiatan tersebut, dilangsungkan di Rusunawa Tambora, Kamis (18/7).

“Kegiatan ini merupakan kolaborasi keahlian di bidang ketahanan pangan bidang gizi, khususnya 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) bersama Nurul Dina Rahmawati, S.Gz., MSc dan Agnes Poerbasari M.Si. Kegiatan diawali dengan edukasi pengenalan apa itu keamanan pangan dan peran penting perempuan dalam menjaga keamanan pangan keluarga hingga panduan menu makanan bergizi bagi anak Balita,” kata Palupi melalui keterangan pers diterima, Jumat (19/7/2024).

Palupi menyatakan, perempuan menjadi pilar ketahanan pangan keluarga yang perlu dibekali dengan pengetahuan agar dapat mengelola pangan yang bermutu dan bergizi, khususnya bagi anak-anak.

Senada dengan itu, Agnes Poerbasari MSi mencatat, sebagian besar penduduk Indonesia saat ini berada di usia balita hingga usia produktif (gen Z dan gen Milenial). Oleh karenanya, ketahanan pangan yang kuat akan berkontribusi dalam menjamin tumbuh kembang anak cerdas dan sehat.

“Anak merupakan generasi muda penentu masa depan bangsa Indonesia. Anak sehat akan mendukung pertumbuhan otak sebagai sumber kecerdasan kognitif, psikomotorik, hingga afektif,” ujar Agnes.

Agnes meyakini, anak sehat lebih berpotensi menyerap ilmu pengetahuan melalui pendidikan formal maupun pendidikan karakter. Sehingga diharapkan, anak tersebut kelak mampu menjadi anak yang cerdas juga berakhlak baik.

“Sesi edukasi juga memberikan pemahaman yang mendalam terkait ciri-ciri kerawanan pangan yang perlu diketahui ibu dalam keluarga. Dengan pemahaman tersebut, diharapkan para ibu dapat memitigasi terjadinya kerawanan pangan dalam keluarga,” harap Agnes.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Risiko Stunting

Sementara itu, menurut Nurul Dina Rahmawati, S.Gz., M.Sc jika ibu dalam keluarga gagal mendeteksi kerawanan pangan maka akan lebih besar terjadinya risiko stunting. Apalagi jika penyebab kerawanan pangan telah memasuki tahap anak pernah tidak makan seharian serta gizi pangan tidak terpenuhi.

“Jadi penting memahami gizi yang dibutuhkan bagi anak usia Balita. Dalam hal ini khususnya memperhatikan tekstur dan jenis makanan untuk anak usia di bawah satu tahun dan di atas satu tahun, kata wanita yang berprofesi sebagai ahli gizi ini.

Nurul mengimbau kepada para ibu dengan balita di Rusunawa Tambora untuk memastikan pemberian makanan bergizi seimbang bagi Balita . Alasannya, gizi seimbang mengandung semua zat gizi baik karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan protein, serta memperhatikan tekstur dan porsi sesuai usianya.

“Anak yang tidak cukup gizi seimbangnya akan berpotensi mengalami masalah tumbuh kembang, salah satunya adalah stunting,” wanti dia menandasi.

Infografis Komponen Wajib Pernikahan Indonesia
Infografis Komponen Wajib Pernikahan Indonesia.  (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya