Liputan6.com, Jakarta - Kabar itu datang tiba-tiba. Pagi tadi, Rabu 30 Oktober 2024, teman, sahabat, kakak dan mantan pimpinan kami Irna Gustiawati meninggal dunia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta dalam usia 50 tahun.
Meski sejak awal 2024 sudah tak bersama kami lagi di Liputan6.com, kabar berpulangnya Mbak Irna---demikian beliau biasa disapa---tetap menyesakkan dada. Bisa dimaklumi, karena sejak bergabung dengan Liputan6.com pada 2012 silam, banyak jejak dan kenangan yang ditinggalkan Mbak Irna bersama kami.
Baca Juga
Sejak awal bergabung dan memimpin Kanal Bisnis Liputan6.com, Mbak Irna sudah menjadi sosok yang menonjol karena tulisan apik dan ketajaman analisa ekonomi yang dia tulis. Selain itu, almarhumah juga dikenal dekat dan pintar merawat narasumber.
Advertisement
Diangkatnya Mbak Irna sebagai Pemimpin Redaksi Liputan6.com pada 2018 semakin membuktikan bahwa beliau adalah sosok pimpinan yang dihormati di ruang redaksi dan suka bercanda di tempat ngopi.
Selama memimpin Liputan6.com, karakter Mbak Irna sebagai pimpinan sangat terasa. Dia adalah sosok yang tegas dalam memberi perintah dan keputusan, konsisten dalam bersikap, komunikatif dan terbuka dalam menyerap ide-ide, selalu berinovasi dan berempati terhadap masalah-masalah yang dihadapi bawahan.
"Mbak Irna adalah bos terbaik yang pernah aku punya. Beliau penopang karierku dan teman-teman yang sejak lama kerja bareng Mbak Irna. Selama 11 tahun aku jadi anaknya Mbak Irna, beliau adalah pemimpin yang tahu banget kemampuan anak-anaknya. Makanya, ketika memberikan tugas nyaris enggak pernah salah tempat," papar Aditya, editor Liputan6.com.
Lain lagi cerita Shinta Sinaga, Redpel Liputan6.com yang menjadi teman lapangan sejak 1999 di dunia jurnalistik hingga berjibaku bareng 11 tahun di Liputan6.com. Di mata Shinta, almarhumah adalah pemimpin yang visioner, kenal karakter semua timnya dan selalu mendorong harus bisa jadi lebih baik.
"Kaget banget lo pergi, Irna. Lo tuh selalu tangguh, bahkan terlalu tangguh untuk situasi sesulit apa pun. Hingga saatnya menghadap Sang Pencipta, senyum tangguh menghiasi wajah cantikmu. Selamat jalan Sahabat," ungkap Shinta.
Hal senada disampaikan Dikta, editor Liputan6.com. Baginya, Mbak Irna adalah sosok yang mengajarkan ketangguhan dan sat-set saat bekerja. Mbak Irna juga mengajarkan untuk melihat sebuah peristiwa dari perspektif berbeda.
"Makasih Mbak Irna telah membersamai kami untuk jadi jurnalis tangguh. Terima kasih sudah memberikan kepercayaan bahwa kami bisa melakukan suatu pekerjaan," ujar Dikta.
Selamat jalan, Mbak Irna. Kenangan indah bersamamu akan selalu terukir dalam hati kami. Kepergianmu adalah duka yang mendalam, tetapi cinta dan kenanganmu akan selalu abadi.