Liputan6.com, Jakarta - Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial (KORIKA) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melakukan perjanjian kerjasama pada kesempatan Rapat Kerja KORIKA 2025 dengan tema, “Empowering AI Ecosystem in Indonesia”.
Rapat yang dihadiri oleh pengurus, pengawas dan nara sumber utama dari Komdigi dan BMKG, menggarisbawahi peran KORIKA sebagai motor penggerak transformasi AI di Indonesia.
Baca Juga
AI bukan sekadar teknologi, tetapi solusi yang akan mendorong inovasi, meningkatkan daya saing industri, serta mendukung pembangunan nasional berbasis data dan AI. Untuk itulah KORIKA menjalin kerja sama dengan BMKG dalam pemanfaatan kecerdasan artifisial (AI) untuk menganalisis data meteorologi dan klimatologi dalam mendukung sistem peringatan dini dan respons terhadap penyakit menular yang dipengaruhi oleh perubahan iklim.
Advertisement
Dengan didukung oleh Reaching Last Mile (RLM UAE) dan Patrick J. McGovern Foundation, riset dan inovasi Climate Smart Indonesia diluncurkan pada tahun 2023 sebagai kemitraan antara KORIKA, Mohamed bin Zayed University of Artificial Intelligence (MBZUAI), dan Institute for Health Modeling and Climate Solutions (IMACS).
Kemitraan ini juga diperkuat dengan dukungan dari Kementerian Kesehatan, BMKG, dan KLHK. Program ini bertujuan untuk membantu Indonesia dalam mengembangkan sistem peringatan dini dan respons (Early Warning and Response System – EWARS) untuk penyakit menular yang dipengaruhi oleh faktor iklim, seperti malaria dan demam berdarah.
Di Indonesia, malaria tetap menjadi masalah kesehatan yang serius. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa pada tahun 2021, terdapat 94.610 kasus malaria yang dilaporkan. Meskipun terjadi penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, beberapa provinsi masih memiliki angka kejadian yang tinggi. Provinsi Papua, misalnya, menyumbang sekitar 90,9% dari total kasus malaria di Indonesia pada tahun tersebut.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim, termasuk meningkatnya risiko penyakit menular akibat perubahan pola cuaca. Melalui kerja sama ini, BMKG akan menyediakan data meteorologi dan klimatologi yang dapat dimanfaatkan oleh KORIKA untuk mengembangkan model AI dalam mendukung deteksi dan mitigasi risiko kesehatan akibat perubahan iklim.
Deputi Infrastruktur BMKG, Michael Andreas Purwoadi, menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi AI dapat meningkatkan akurasi prediksi dampak perubahan iklim terhadap kesehatan masyarakat.
“Pemanfaatan teknologi AI memungkinkan kita untuk menganalisis data cuaca secara lebih cepat dan akurat, memberikan peringatan dini bagi potensi bencana,” ujar Michael.
Langkah Strategis
Ketua Umum KORIKA, Hammam Riza, menambahkan bahwa kerja sama ini merupakan langkah strategis dalam pengembangan solusi berbasis AI yang dapat mendukung kebijakan kesehatan berbasis data.
“AI bukan sekadar teknologi, tetapi solusi yang akan mendorong inovasi terutama dalam membangun digital twins kesehatan berbasis iklim (climate health). Sebuah aplikasi AI yang mendukung pembangunan nasional berbasis data” kata Hammam Riza.
KORIKA dan BMKG akan mengembangkan serta mengintegrasikan teknologi AI dengan data meteorologi dan klimatologi untuk meningkatkan kapasitas deteksi dini (early warning) dan respons terhadap penyakit yang terkait dengan perubahan iklim untuk mendukung program Climate Smart Indonesia yang didukung oleh dan di support oleh IMACS, MBZUAI, RLM dan Patrick J. Mcgovern Foundation sebagai bagian dari misi kemanusiaan dan gerakan peduli perubahan iklim.
Advertisement
