Berdasarkan hasil penyelidikan sementara, penembakan polisi yang mengenai wartawan Trans7 Anton Nugroho, di luar prosedur standar kepolisian. Polisi akan mendalami peristiwa ini.
"Memang di luar prosedur. Ini masalah, kelihatan seperti itu," kata Kapolda Jambi Brigjen (Pol) Satriya Hadi Prasetya di RSUD Jambi seusai menjenguk korban beberapa jam setelah kejadian, Senin (17/6/2013).
Satriya sudah meminta maaf kepada Anton, keluarga korban dan para wartawan atas kejadian itu. Satriya sudah bertemu langsung dengan Anton, istri, serta orangtuanya. "Saya sampaikan permintaan maaf. Kami akan perhatikan kesehatan korban hingga benar-benar sembuh," kata dia.
Hingga saat ini, polisi tengah melakukan penyelidikan. Sehingga belum dapat memberikan keterangan tentang pelaku dan lainnya. "Kita sudah ketahui siapa-siapa anggota pemegang senjata gas air mata. Dan, akan diinformasikan secepatnya," lanjut Satriya.
Satriya menyatakan siap bertanggung jawab atas kejadian itu. Namun yang penting saat ini, lanjutnya, polisi akan perhatikan terus kondisi Anton hingga pulih. "Saya siap bertanggung jawab," ujar dia.
Sementara kondisi Anton, hingga sore ini sudah mulai membaik walaupun masih terlihat lemah. Ia dapat diajak berkomunikasi dengan suara yang pelan. "Saya takut menjadi cacat akibat peluru ini," ujar Anton.
Pihak RSUD Raden Mattaher Jambi tidak bersedia memberikan keterangan terkait kondisi korban. Direktur RSUD Raden Mattaher Ali Imran yang ditemui wartawan, bungkam dan berlalu dengan langkah yang tergesa-gesa. Sementara, dokter spesialis mata yang menangani operasi Anton juga tutup mulut, meski sejumlah wartawan telah menunggunya sejak operasi.
Anton mengalami luka di bagian bawah mata kanannya. Dia terkena serpihan proyektil gas air mata. Menurut Anton, polisi menembak langsung ke arah kerumunan massa, bukan ke atas.
Kejadian itu bermula ketika ia melihat aksi dorong-dorongan mahasiswa dengan polisi di depan kantor DPRD. Ia mengambil posisi mengambil gambar di tengah-tengah massa. Anton menyatakan peluru yang mengenai matanya itu langsung, bukan pantulan. "Saya ini anggota Perbakin. Jadi tahu posisi senjata yang ditembakkan langsung ke arah massa," ujarnya.
Anton masih terbaring lemas di ruang perawatan THT dan Mata RSU Raden Mattaher setelah menjalani operasi lebih kurang dua jam, proyektil peluru gas air mata berhasil diangkat dari bawah mata kanan Anton. Ia menyatakan saat ini pandangannya kabur. Rahang dan giginya terasa nyeri. (Ant/Ism/Yus)
"Memang di luar prosedur. Ini masalah, kelihatan seperti itu," kata Kapolda Jambi Brigjen (Pol) Satriya Hadi Prasetya di RSUD Jambi seusai menjenguk korban beberapa jam setelah kejadian, Senin (17/6/2013).
Satriya sudah meminta maaf kepada Anton, keluarga korban dan para wartawan atas kejadian itu. Satriya sudah bertemu langsung dengan Anton, istri, serta orangtuanya. "Saya sampaikan permintaan maaf. Kami akan perhatikan kesehatan korban hingga benar-benar sembuh," kata dia.
Hingga saat ini, polisi tengah melakukan penyelidikan. Sehingga belum dapat memberikan keterangan tentang pelaku dan lainnya. "Kita sudah ketahui siapa-siapa anggota pemegang senjata gas air mata. Dan, akan diinformasikan secepatnya," lanjut Satriya.
Satriya menyatakan siap bertanggung jawab atas kejadian itu. Namun yang penting saat ini, lanjutnya, polisi akan perhatikan terus kondisi Anton hingga pulih. "Saya siap bertanggung jawab," ujar dia.
Sementara kondisi Anton, hingga sore ini sudah mulai membaik walaupun masih terlihat lemah. Ia dapat diajak berkomunikasi dengan suara yang pelan. "Saya takut menjadi cacat akibat peluru ini," ujar Anton.
Pihak RSUD Raden Mattaher Jambi tidak bersedia memberikan keterangan terkait kondisi korban. Direktur RSUD Raden Mattaher Ali Imran yang ditemui wartawan, bungkam dan berlalu dengan langkah yang tergesa-gesa. Sementara, dokter spesialis mata yang menangani operasi Anton juga tutup mulut, meski sejumlah wartawan telah menunggunya sejak operasi.
Anton mengalami luka di bagian bawah mata kanannya. Dia terkena serpihan proyektil gas air mata. Menurut Anton, polisi menembak langsung ke arah kerumunan massa, bukan ke atas.
Kejadian itu bermula ketika ia melihat aksi dorong-dorongan mahasiswa dengan polisi di depan kantor DPRD. Ia mengambil posisi mengambil gambar di tengah-tengah massa. Anton menyatakan peluru yang mengenai matanya itu langsung, bukan pantulan. "Saya ini anggota Perbakin. Jadi tahu posisi senjata yang ditembakkan langsung ke arah massa," ujarnya.
Anton masih terbaring lemas di ruang perawatan THT dan Mata RSU Raden Mattaher setelah menjalani operasi lebih kurang dua jam, proyektil peluru gas air mata berhasil diangkat dari bawah mata kanan Anton. Ia menyatakan saat ini pandangannya kabur. Rahang dan giginya terasa nyeri. (Ant/Ism/Yus)