Liputan6.com, Jakarta PGMall Indonesia mengumumkan kolaborasinya dengan Malaysia External Trade Development Corporation (Matrade) di Indonesia. Langkah ini diambil untuk memantapkan langkah dalam menembus persaingan industri e-commerce di Tanah Air.
Sejak resmi beroperasi pada 2020, berbagai nama besar mitra operasional ekosistem pun telah bergabung dengan menyediakan layanan pengiriman yang didukung sistem transfer.
Baca Juga
Chief Operating Officer PGMall Indonesia Jerry Ng meyakini, kerjasama ini dapat meningkatkan serta memperluas hubungan perdagangan antara perusahaan dengan mitra dagang Malaysia yang berada di Indonesia.
Advertisement
"Para pengusaha telah menganggap Indonesia sebagai pasar terpenting di Asia Tenggara. Sehingga kami meyakini lewat kolaborasi ini, PGMall Indonesia dan Matrade dapat semakin mudah melakukan ekspansi bisnis di Indonesia,” ujarnya melalui keterangan pers, Kamis (24/11/2022).
Jerry Ng mengatakan, layanan digital yang dimiliki PGMall Indonesia mampu menghadirkan keuntungan yang beragam untuk para pebisnis yang baru ingin memulai, atau sudah lama menjalankan badan usahanya.
"Beradaptasi dengan menggunakan teknologi merupakan sesuatu yang menyenangkan. Tidak ada kata terlambat untuk beradaptasi dan memulai hal baru," tuturnya.
Tidak hanya menjadi wadah untuk membantu pebisnis menjalankan usahanya, PGMall Indonesia jugadapat memberikan pelayanan dan kesempatan untuk berjualan,serta bantuan pendampingan, asistensi dan pengenalan berbagai fitur yang tersedia.
"Selain itu, para pedagang online yang sudah bergabung di PGMALL Indonesia akan diberikan edukasi dan diikutsertakan dalam berbagai program promo spesial," tandasnya.
21 Juta Konsumen Beralih ke Belanja Online Selama Pandemi Covid-19
Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki menyebut selama pandemi Covid-19 transaksi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di market place online mengalami peningkatan sebanyak 26 persen.
Teten menjelaskan sebanyak 3,1 juta transaksi per hari dengan kenaikan 35 persen pengiriman barang dan selama pandemi juga banyak UMKM yang terhubung dengan digitalisasi yang mampu bertahan menahan goncangan gejolak ekonomi yang terjadi.
"Selama pandemi kita sudah tahu UMKM yang sudah terhubung ke platform digital yang paling bisa bertahan bahkan tumbuh. Potensi eko digital terus tumbuah tahun ini nilainya sekitar Rp 632 triliun tapi diprediksi 30 akan terus tumbuh Rp 4,531 triliun. Tentu ini pertumbuhan yang sangat signifikan jadi bisa 8 kali lipat dalam 10 tahun," ujar Teten, Jakarta, Selasa (6/9).
Dia mengungkapkan sebanyak 21 juta konsumen digital baru masuk sejak awal pandemi, yakni bermigrasi dari kebiasaan berbelanja offline menjadi belanja online.
"Sejak awal pandemi ada migrasi konsumen offline ke digital. Ini juga ada kaitannya bukan hanya pandemi. Tetapi juga di online itu banyak kemudahan dan banyak insentif juga," terang Teten.
Advertisement
Sebaran Konsumen Daerah
Tak hanya itu, lanjutnya, 72 persen konsumen yang belanja online bukan hanya dari kota metropolitan saja melainkan konsumen dari luar daerah.
"Artinya ini digitalisasi sudah sampai ke daerah. Nah konsumennya juga menjadi luas tidak hanya Jabodetabek saja," lanjutnya.
Pemanfaatan ekonomi digital menjadi bagian yang tidak bisa terpisahkan dalam proses bisnis UMKM. Oleh karena itu pemerintah tidak hanya mendorong para UMKM untuk go digital saja, tetapi juga dalam digitalisasi dalam proses bisnis, adaptasi dalam proses transformasi digital ini menjadi kunci bagaimana UMKM memiliki resiliensi.