OPINI: Wolbachia Singapura dan WHO

Proyek Wolbachia dalam kasus dengue belum nampak jelas menurun di Singapura. WHO pun belum memberi rekomendasi yang jelas.

Profesor Dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), MARS, DTM&H, DTCE, FISR
Berdasarkan opini dari: Profesor Dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), MARS, DTM&H, DTCE, FISR

Prof Tjandra merupakan Guru Besar Fakultas Kedokteran UI juga Direktur Program Pasca Sarjana Universitas YARSI Jakarta.

Prof Tjandra Yoga Aditama
Prof Tjandra Yoga Aditama adalah Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI / Guru Besar FKUI, Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dan Mantan Direktur WHO Asia Tenggara yang pernah 5 tahun berdomisili di New Delhi.

Liputan6.com, Jakarta Sehubungan berbagai berita tentang Wolbachia, saya akan sampaikan tiga informasi.

Pertama, pada 21 September 2023 media Channel News Asia (CNA) Singapura menurunkan berita berjudul “Project Wolbachia: 300 million mosquitoes released but not a silver bullet to deal with dengue, says NEA”. Dalam sub judulnya disebutkan bahwa Badan Lingkungan Hidup (National Environmental Agency – NEA) Singapura menyebutkan bahwa pada daerah dengan banyak sekali nyamuk maka nyamuk Wolbachia tidak akan dapat berkompertisi dan akan menjadi bebannya "berlebihan" (“overwhelmed”).

Disebutkan juga bahwa sesudah dimulainya proyek Wolbachia pada 2016 maka kasus dengue belum nampak jelas menurun di Singapura. Pada tahun 2022 masih dilaporkan 32.173 kasus demam dengue, ke dua tertinggi sesudah 2020 dengan 35.266 kasus. Pada awal September 2023, Badan Lingkungan Hidup (National Environmental Agency – NEA) Singapura memberi peringatan bahwa negara itu mungkin akan mengalami kenaikan kasus lagi. Laporan mingguannya menunjukkan beberapa ratus kasus, dengan lebih dari 50 klaster aktif yang terjadi.

Di sisi lain, di beberapa daerah penelitian Wolbachia seperti Tampines, Yishun dan Choa Chu Kang, populasi nyamuk Aedes aegypti turun sampai 98 persen dan kasus dengue sampai 88 persen, sesuai penjelasan dari anggota Parlemen Baey Yam Ken.

Direktur “NEA’s Environmental Health Institute” Dr Ng Lee Ching menyebutkan bahwa memang ada perbaikan tapi risiko tetap ada, "Even with Project Wolbachia … it doesn't mean that you have no risk."

 

Rekomendasi WHO Belum Jelas

Ke dua, keterangan WHO pada 31 Agustus 2022 menyebutkan tentang proses konsultasi publik (“Call for public consultation”) untuk kemungkinan pembentukan “Target Product Profiles (TPPs)” dari populasi Aedes aegypti dengan Wolbachia ini dalam kaitan dengan intervensi penggantiannya (“replacement intervention”). Sementara itu, pada Juni 2020 WHO menyampaikan bahwa Wolbachia memang berhasil dimasukkan ke nyamuk dan berhasil menurunkan kemungkinan penularan berbagai penyakit virus, termasuk dengue, Zika, chikungunya dan demam kuning (yellow fever).

Ke tiga, selain pendapat WHO tahun 2021 dan 2022 di atas, tentu akan lebih baik kalau kita juga mendapatkan perkembangan pendapat resmi WHO tentang Wolbachia di tahun 2023 ini. Di laman resmi Dengue WHO 17 Maret 2023 memang disebutkan bahwa pencegahan dan pengendalian Dengue bergantung pada pengendalian vektor, hanya memang tidak disebutkan secara jelas cara apa yang sudah resmi direkomendasikan. Yang disebutkan di laman Dengue WHO terbaru Maret 2023 ini adalah untuk mengurangi kemungkinan digigit nyamuk, antara lain dengan berpakaian yang tertutup, penggunaan kelambu kalau tidur siang, penggunaan mosquito repellents (yang mengandung DEET, Picaridin atau IR3535) dan lainnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading
oleh Sigit Tri Santoso diperbarui 17 Nov 2023, 10:22 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2023, 10:22 WIB

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya