Liputan6.com, Austin - Kepemilikan mobil kemungkinan akan "terpukul" di daerah yang memiliki layanan kendaraan berbagi (ride sharing) yang cukup berkembang seperti Uber dan Lyft.
Kecenderungan ini sebetulnya telah banyak diduga oleh para analis. Tapi mereka tidak punya bukti yang cukup kuat untuk itu. Namun studi baru yang memanfaatkan peristiwa yang terjadi di Austin, Texas, Amerika Serikat (AS) membenarkan dugaan tersebut.
Sebuah survei terhadap 1.200 warga menunjukkan bahwa selama sekira satu tahun pasca Uber dan Lyft berhenti beroperasi di Austin, hanya 41 persen orang yang kembali menggunakan kendaraan pribadi mereka. Hanya 9 persen yang memilih beli mobil baru.
Advertisement
Baca Juga
Paling besar, 42 persen responden, lebih memilih layanan ride-sharing lain yang lebih kecil. Sisanya, 3 persen, lebih memilih pakai angkutan umum untuk berpergian.
"Temuan kami menunjukkan bahwa perusahaan itu (ride-sharing) menghasilkan perubahan perilaku," ujar Robert Hampshire, profesor University of Michigan’s Transportation Research Institute, lembaga yang melakukan riset, dikutip dari situs resmi mereka, ns.umich.edu.
Hampshire menambahkan, layanan seperti ini dalam satu dekade terakhir telah membuka mata banyak orang. Ride-sharing dianggap sebagai solusi paling cepat terhadap polusi, konsumsi energi berlebih, dan kemacetan. Layanan ini juga dianggap lebih terjangkau ketimbang beli mobil.
Menanggapi hasil riset ini, Presiden Lyff, John Zimmel mengatakan bahwa hal tersebut memang cukup masuk akal. Lebih jauh dari itu, ia bahkan memprediksi kepemilikan mobil pribadi di kota besar akan punah pada 2025, asalkan kendaraan otonomos muncul sebagai kekuatan yang dominan.
"Setiap tahun semakin banyak orang menyimpulkan bahwa lebih sederhana dan lebih terjangkau untuk hidup tanpa mobil," ujarnya.
Â
Simak juga video menarik di bawah ini: