Naik Motor di Jalan Raya Lebih Berbahaya Dibanding di Sirkuit

Bagi rider profesional sekalipun, naik motor di jalan raya lebih berbahaya.

oleh Herdi Muhardi diperbarui 23 Feb 2018, 12:00 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2018, 12:00 WIB
Jalan-Berlubang
Kendaraan sepeda motor menghindari penanda lubang di Jalan Otista Raya, Jakarta, Rabu (22/2). Kondisi tersebut berbahaya bagi pengguna jalan, khususnya pengendara sepeda motor yang melintas saat malam hari. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Berkendara sepeda motor di jalan raya cukup berbahaya. Bahkan kondisi jalan raya dianggap lebih berbahaya daripada sirkuit balapan.

Hal ini disampaikan langsung pembalap motor Indonesia, Doni Tata saat acara Coaching Clinic Safety Riding Pertamina di gedung Pertamina, Gambir, Jakarta, Kamis (22/2/2018).

Pembalap Indonesia pertama yang sempat mencicipi ajang Grand Prix 250 beberapa tahun lalu itu menyatakan, di jalan raya pengendara motor harus lebih ekstra waspada dibanding di sirkuit.

“Kalau di sirkuit, memang bahaya juga kalau saat kecepataan tinggi. Tapi waspadanya saat di tikungan pertama, karena semua pembalap ingin jadi yang tercepat, di tikungan pertama semua pacu dengan cepat. Jadi kalau di tikungan pertama bisa (terlewati) maka kans juara mudah,” ucap Doni.

Namun berbeda dengan di jalan raya, kata Doni, berbagai pengguna jalan lain ada di sana. Sehingga ada saja risiko yang bisa terjadi.

Hal serupa juga diungkapkan Heri Wahyudi Chief Trainer dari Rifat Drive Labs, kata dia, sirkuit lebih aman karena tak ada halangan rintang, baik kondisi jalan berlubang maupun pengendara lain.

“Di sirkuit, semua yang akan melakukan kontrol adalah rider. Mau rem atau gas, itu kita yang perintahkan. Sebaliknya, kalau di jalan raya, yang memerintah (rem atau gas) itu siapa saja, mulai dari pengemudi lain, seperti sopir hingga pejalan kaki. Artinya ketika di jalan raya kita masuk zona ring of fire atau kita berada di lingkungan zona paling bahaya,” ucapnya.

Jadi Penyebab Kecelakaan

Sementara itu, Vice President Vice President Health Safety and Environment Management System Pertamina, Iwan Jatmika menjelaskan, tingginya risiko di jalan raya disebabkan pengendara tidak memedulikan keselamatan diri sendiri maupun orang lain.

“Berdasarkan data di DKI, 75 persen kecelakaan lalin melibatkan sepeda motor, di mana pada 2017 menelan 331 jiwa korban meninggal. Mereka rata-rata usia 21-30 atau usia produktif, masa merintis karir,” ungkap Iwan.

Lebih lanjut dia menyatakan, rata-rata kecelakaan sepeda motor adalah kelelahan karena telah menempuh perjalanan 20-30 km.

"Untuk meningkatkan kompetensi dalam berkendaraan, maka diadakan coaching clinic safety riding. Berkendara sepeda motor lebih bahaya, sehingga perlu menguasai teknik berkendaraa yang baik," ujar Iwan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya