Dolar Menguat, Leasing Tetap Optimistis Mencapai Target

Bank Indonesia (BI) mencatat Nilai tukar Rupiah (NTR) masih melemah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS). Meski demikian Pemerintah yakin bahwa pertumbuhan ekonomi tahun ini tetap akan berada dikisaran 5,1 persen - 5,2 persen.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Okt 2018, 19:19 WIB
Diterbitkan 26 Okt 2018, 19:19 WIB
Dealer mobil bekas
Skema ganjil-genap di Gerbang Tol Bekasi Barat dan Bekasi Timur mendongkrak penjualan mobil bekas di wilayah Jabodetabek. (Septian/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat Nilai tukar Rupiah (NTR) masih melemah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS). Meski demikian Pemerintah yakin bahwa pertumbuhan ekonomi tahun ini tetap akan berada di kisaran 5,1 persen - 5,2 persen. Hal ini juga menimbulkan optimisme di industri otomotif nasional

Hingga kuartal 3 2018, industri otomotif dan industri pembiayaan masih menunjukan pertumbuhan positif dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini berkat regulasi yang pro pasar dan pengawasan intensif oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

“BCA Finance tetap optimis dan percaya diri dan berusaha menciptakan terobosan-terobosan baru sebagai upaya menopang kinerja bisnis perusahaan. Tahun ini kinerja perusahaan masih dalam koridor yang tepat, per September 2018 BCA Finance telah membukukan pembiayaan baru sebesar Rp 25,58 triliun dan kami optimis dapat memenuhi target sebesar Rp 32,5 triliun di akhir tahun,” kata Presiden Direktur BCA Finance, Roni Haslim.

Salah satu terobosan yang dilakukan BCA Finance adalah mempertemukan para dealer mobil sebagai penjual mobil dengan konsumen pembeli mobil secara langsung di 17 kota di Indonesia, terutama di tempat-tempat strategis seperti di mall-mall lewat event Pekan Raya Otomotif BCA Finance (PRO BCAF).

Kegiatan tersebut menghadirkan 64 Authorized Dealer dari berbagai merek seperti Toyota, Daihatsu, Honda, Suzuki, Mitsubishi, dan Wuling.

Sumber: Otosia.com

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Dolar Menguat, BMW Indonesia Tak Ambil Pusing

Nilai tukar rupiah terhadap dolar masih melemah hingga berada di atas level Rp 14.600 saat berita ini ditulis, hal ini pula membuat sejumlah sektor bisnis termasuk otomotif sangat dikhawatirkan. Tak sedikit pula membuat sejumlah perusahaan bakal menaikkan harga.

Di sektor otomotif, pengaruh kenaikan dolar dianggap sangat meresahkan. Namun begitu, ternyata tak semua pabrikan mobil merasakan pengaruhnya.

 

 

 

Setidaknya hal itu dialami pada merek mobil premium asal Jerman, BMW.

Menurut Vice President of Corporate Communications BMW Group Indonesia Jodie O'tania, keseluruhan bisnis BMW Group di Indonesia sebagian besar masih mengacu pada mata uang euro, bukan dolar.

“Namun kalau bicara soal impact dolar pasti ada, namun BMW akan melakukan berbagai strategi untuk meminimalisir impact tersebut,” jelas Jodie saat ditemui di pabrik perakitan BMW di PT Gaya Motor, Sunter, Jakarta, Kamis (6/9/2018).

Sebaliknya, kata Jodie, mata uang rupiah terhada Euro masih menguat. Karena itu, kenaikan nilai tukar dolar tak membuat harga BMW akan ikut terkerek melesat naik.

 

Seperti diketahui, saat ini beberapa model BMW yang dipasarkan di Indonesia sudah dirakit di Tanah Air atau completely knock down (CKD) seperti sedan Seri 3, Seri 5, Seri 7, hingga Sports Activity Vehicle (SAV) X1, X3, dan X5.

Sedangkan model BMW lain yang berstatus impor atau completely built up ( CBU) dari Jerman antara lain Seri 1, Seri 2, Seri 4, Seri 6, X4, dan Seri performa M.

Bahkan baru-baru ini BMW Group juga telah merakit mobil mungil asal Inggris, MINI Countryman untuk pasar domestik.

 
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya