Tingkatkan Daya Saing, Pemerintah Dorong Industri Daur Ulang di Sektor Otomotif

Untuk meningkatkan daya saing, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong implementasi industri daur ulang atau recycle industry di sektor otomotif.

oleh Arief Aszhari diperbarui 08 Feb 2019, 11:06 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2019, 11:06 WIB
20160126-Produksi-Kijang-Inova-serta-Fortuner-Jakarta-IA
Pekerja menyelesaikan pembuatan mobil Kijang Innova pabrik Karawang 1 PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Jawa Barat, Selasa (26/1). Pabrik ini memproduksi Kijang Innova serta Fortuner mencapai 130.000 unit pertahun. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Industri otomotif saat ini menjadi salah satu andalan untuk ekspor manufaktur Tanah Air. Bahkan, untuk meningkatkan daya saing, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong implementasi industri daur ulang atau recycle industry di sektor otomotif.

Konsep ini, dipercaya mampu mendongkrak daya saing ekspor manufaktur dalam negeri, dan sekaligus berkontribusi dalam menerapkan circular economy yang menjadi bagian dari industri 4.0.

"Sekarang 73 persen ekspor kita ditopang dari industri manufaktur, dan sektor otomotif menjadi salah satu andalan," ujar Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartarto, saat Seminar Nasional Kesiapan Sumber Daya manusia Industri Manufaktur Menghadapi Revolusi Industri 4.0 di SMK Ananda Mitra Industri Deltamas di Cikarang, Jawa Barat, dalam siaran pers yang diterima Liputan6.com, Jumat (8/2/2019).

Dengan daur ulang plastik ini, memang melihat tren saat ini, yaitu komponen besar dalam kendaraan seperti, bumper, fender, dan dashboard pada mobil tidak lagi menggunakan stainless steel, tetapi menggunakan kandungan plastik. "Plastik itu bukan sampah, dari segi cost plastik adalah bahan baku yang relatif lebih kompetitif dibanding yang lain, dan menyerap emisi lebih rendah," tambah Airlangga.

Jika industri otomotif menggunakan virgin plastic, maka biaya produksi akan lebih mahal.

Terlebih, dengan impor virgin plastic, kebutuhan devisa akan menjadi lebih tinggi, karena saat ini Indonesia baru mampu memproduksi satu juta ton virgin plastic, padahal kebutuhannya mencapai lima juta ton.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Selanjutnya

Menperin menilai, kapasitas daur ulang plastik di Tanah Air masih jauh dari standar, padahal masih bisa ditingkatkan. Saat ini, di dalam negeri baru mampu mendaur ulang 12,5 persen dari standar industri yang seharusnya yakni 25 persen.

Sementara itu, salah satu implementasi industri daur ulang di sektor otomotif yang sudah berjalan adalah pembuatan blok mesin, dengan 80 persen sudah menggunakan material daur ulang.

"Karena aluminum alloy itu masuk recycle material, saya tegaskan kembali bahwa recycle industry ini adalah sesuatu yang harus dilakukan, jadi tidak perlu khawatir," tegas Airlangga.

Tidak hanya untuk aluminium dan plastik saja, karena baja yang merupakan salah satu komponen utama dalam bodi mobil juga bisa didaur ulang melalui scrap.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya