Apa Kabar Perpres Mobil Listrik?

Pelaku industri otomotif di Indonesia, seperti Toyota, Mitsubishi, BYD Company, Astra Honda Motor dan Wuling Motors mengaku siap dengan elektrifikasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Mei 2019, 18:34 WIB
Diterbitkan 14 Mei 2019, 18:34 WIB
Mengisi baterai mobil listrik
Mengisi baterai mobil listrik (Arief/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Pelaku industri otomotif di Indonesia, seperti Toyota, Mitsubishi, BYD Company, Astra Honda Motor dan Wuling Motors mengaku siap dengan elektrifikasi. Mereka telah melakukan proyek percontohan kendaraan listrik.

Terkait hal ini, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia pun serius dalam mematangkan penyusunan Peraturan Presiden (Perpres) terkait kendaraan listrik.

 

“Perpres sebagai payung hukum sedang diformulasikan. Terutama mengenai persyaratan yang akan menggunakan fasilitas insentif,” papar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta.

Begini skema implementasi beleid itu. Pada tahap awal, bakal diberlakukan melalui bea masuk nol persen. Lalu penurunan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk kendaraan bermotor listrik. Tapi belum kongkrit besarannya berapa.

“Jika mereka (APM, Red) melakukan prototyping dan proyek percontohan, itu berarti mereka berkomitmen untuk investasi lebih lanjut," imbuhnya.

Konon kemenperin sudah menyiapkan peta jalan pengembangan mobil listrik (LCEV). Dan garis ini sebetulnya linear, bergantung pada hasil prototipe dan investasi mereka di pasar domestik.

Ambil contoh pemain dari Cina, BYD, yang minat menanamkan modal di sini. Mulanya, BYD melakukan pilot project di bidang commercial vehicles seperti bus listrik.

“Sebagian dari mereka akan melakukan pre-marketing project. Karena EV harganya 30 persen - 50 persen lebih mahal dari kendaraan mesin konvensional atau Internal Combustion Engine (ICE). Tetapi tergantung pasarnya juga. Kalau produsen lain, seperti Wuling dan DFSK sudah punya fasilitas. Jadi lebih mudah bagi mereka untuk investasi di kendaraan listrik,” imbuhnya.

 

Peluang Besar

Pasar kendaraan listrik di Indonesia, dibilang punya peluang besar. Pasalnya industri otomotif di dalam negeri telah memiliki struktur manufaktur yang dalam. Mulai dari hulu sampai hilir.

Tersedia bahan baku seperti baja, plastik, kaca, ban, hingga engine yang diproduksi di dalam negeri. Lokal konten rata-rata di atas 80 persen.

Di samping itu, potensi industri otomotif secara menyeluruh cukup besar. Jumlah produksi mobil di sini mencapai 1,34 juta unit atau senilai US$ 13,76 miliar sepanjang fiskal 2018.

Saat ini, empat perusahaan otomotif besar telah menjadikan Indonesia sebagai rantai pasok global. Urusan elektrifikasi pun mulai disiapkan bertahap.

 

Tanggapan Toyota Indonesia

Toyota punya pandangan sendiri soal beleid yang masih jadi wacana. Executive General Manager TAM, Fransiscus Soerjopranoto angkat bicara.

“Kalau kami sudah mulai dengan kendaraan hybrid di Indonesia. Kini ada empat model yang dijual. Misalnya Alphard, CH-R, Prius dan Camry yang semuanya sudah berteknolgi hybrid. Ini kan seperti pertentangan “chicken and egg.” Mana infrastuktur (charging station) dan mana produknya (mobil lsitrik) yang duluan? Dengan model hybrid kan perkara ini selesai. Jadi PHEV adalah jawaban realistis dari kondisi di Indonesia sekarang,” paparnya pada OTO.com beberapa waktu lalu. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya