Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menilai, Indonesia hanya jago kandang untuk memproduksi mobil. Hal itu dikarenakan Indonesia hanya memproduksi mobil jenis MPV.
Ketua I Gaikindo, Jongkie D Sugiarto mengatakan, permintaan mobil jenis sedan lebih banyak dibandingkan jenis MPV. Sementara itu, Thailand mampu memaksimalkan produksi mobil jenis sedan.
"Maka saya katakan Indonesia ini jago kandang. Sedangkan Thailand beda. Bisa dilihat apa saja yang diproduksi Thailand dan apa saja yang diekspor Thailand. Kita sekarang harus mengubah tipe kendaran yang diproduksi di Indonesia," ujar Jongkie, yang ditulis, Kamis (6/2/2014).
Menurut Jongkie, alasan produsen otomotif di Indonesia tidak memproduksi sedan lantaran pangsa pasar sedan di dalam negeri terbilang masih kecil. Pada 2013, angka penjualan sedan di Indonesia hanya sekitar 30 ribuan unit. Hal ini karena PPnBM yang dinilai sangat tinggi.
"PPnBM untuk sedan 1000 cc itu 30% akibatnya harga jualnya tinggi, harga jualnya tinggi orang enggak mau beli. Masa cuma 30 ribu, Indonesia mau dijadikan basis produksi untuk sedan," kata Jongkie.
Dia mencontohkan, Toyota pernah memproduksi Soluna, dan Honda juga pernah memproduksi City di Indonesia. Namun akhirnya memilih untuk dipindahkan ke Thailand karena pasar sedan di dalam negeri tidak berkembang.
"Kenapa tidak berkembang karena harganya mahal, kenapa harganya mahal, karena PPnBM tinggi. Jadi Toyota dan Honda hilang. Kunci utamanya turunkan dulu PPnBM, supaya harga jualnya murah. Harga jualnya murah dibeli org, dibeli orang maka merk-merk tersebur akan memproduksi, me-asembling di Indonesia, sehingga Indonesia akan dijadikan basis produksi untuk jenis kendaraan teresebut, nah baru diekspor," jelasnya.
Selain itu, dia menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga dapat membantu Indonesia menyusul Thailand dalam hal penjualan mobil ini. Dia memaparkan, perbandingan antara jumlah penduduk dengan jumlah mobil, di Indonesia dengan 1.000 orang penduduk, jumlah kebutuhan mobil hanya sebesar 77 unit.
Sedangkan di Thailand dengan 1.000 orang, jumlah kebutuhan mobil mencapai 165 unit. Terlebih lagi Malaysia, dengan 1000 orang, jumlah kebutuhannya mencapai 334 unit.
"Perbandingan-perbandingan itu bisa dilihat. Tetapi saya tetap optimis bisa nyusul Thailand, industri tidak dicampuri dengan politik," tandasnya. (Dny/Ahm)
Ketua I Gaikindo, Jongkie D Sugiarto mengatakan, permintaan mobil jenis sedan lebih banyak dibandingkan jenis MPV. Sementara itu, Thailand mampu memaksimalkan produksi mobil jenis sedan.
"Maka saya katakan Indonesia ini jago kandang. Sedangkan Thailand beda. Bisa dilihat apa saja yang diproduksi Thailand dan apa saja yang diekspor Thailand. Kita sekarang harus mengubah tipe kendaran yang diproduksi di Indonesia," ujar Jongkie, yang ditulis, Kamis (6/2/2014).
Menurut Jongkie, alasan produsen otomotif di Indonesia tidak memproduksi sedan lantaran pangsa pasar sedan di dalam negeri terbilang masih kecil. Pada 2013, angka penjualan sedan di Indonesia hanya sekitar 30 ribuan unit. Hal ini karena PPnBM yang dinilai sangat tinggi.
"PPnBM untuk sedan 1000 cc itu 30% akibatnya harga jualnya tinggi, harga jualnya tinggi orang enggak mau beli. Masa cuma 30 ribu, Indonesia mau dijadikan basis produksi untuk sedan," kata Jongkie.
Dia mencontohkan, Toyota pernah memproduksi Soluna, dan Honda juga pernah memproduksi City di Indonesia. Namun akhirnya memilih untuk dipindahkan ke Thailand karena pasar sedan di dalam negeri tidak berkembang.
"Kenapa tidak berkembang karena harganya mahal, kenapa harganya mahal, karena PPnBM tinggi. Jadi Toyota dan Honda hilang. Kunci utamanya turunkan dulu PPnBM, supaya harga jualnya murah. Harga jualnya murah dibeli org, dibeli orang maka merk-merk tersebur akan memproduksi, me-asembling di Indonesia, sehingga Indonesia akan dijadikan basis produksi untuk jenis kendaraan teresebut, nah baru diekspor," jelasnya.
Selain itu, dia menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga dapat membantu Indonesia menyusul Thailand dalam hal penjualan mobil ini. Dia memaparkan, perbandingan antara jumlah penduduk dengan jumlah mobil, di Indonesia dengan 1.000 orang penduduk, jumlah kebutuhan mobil hanya sebesar 77 unit.
Sedangkan di Thailand dengan 1.000 orang, jumlah kebutuhan mobil mencapai 165 unit. Terlebih lagi Malaysia, dengan 1000 orang, jumlah kebutuhannya mencapai 334 unit.
"Perbandingan-perbandingan itu bisa dilihat. Tetapi saya tetap optimis bisa nyusul Thailand, industri tidak dicampuri dengan politik," tandasnya. (Dny/Ahm)