Jaga Pemilu Aman, Ketua Umum PBNU Minta Kiai Jadi Juru Damai

Ketua Umum PBNU mengatakan dalam pesta demokrasi boleh berbeda-beda pilihan. Tetapi harus tetap menjaga persatuan dan kesatuan.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Jan 2019, 18:23 WIB
Diterbitkan 10 Jan 2019, 18:23 WIB
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj (tengah) di Kantor Wapres.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj (tengah) di Kantor Wapres. (Merdeka.com/ Intan Umbari)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wapres, Jalan Merdeka Utara. Kurang lebih satu jam, Said Aqil bersama Wapres Jusuf Kalla bertukar pikiran agar pemilu yang digelar 17 April 2019 bisa berjalan dengan aman dan damai.

"Kita tukar pikir bahwa bagaimana pemilu yang akan datang betul-betul berjalan dengan aman, damai," kata Said Aqil usai bertemu Jusuf Kalla di Kantor Wapres, Jalan Merdeka Utara, Kamis (10/1/2019).

Salah satunya yang akan dilakukan PBNU untuk menjaga pemilu tetap aman yaitu dengan para kiai NU memberikan pelajaran agar tidak merusak persatuan dan kesatuan. Serta tidak mengadu domba.

"Untuk pemilu, artinya tidak ada kiai NU yang memberikan pelajaran yang akan merusak kesatuan, fitnah, dan adu domba enggak ada. Jadi juru damai di mana-mana. Setiap saat, enggak ada pemilu, ada pemilu," tambah Said.

Dia mengatakan, dalam pesta demokrasi boleh berbeda-beda pilihan. Tetapi, harus tetap menjaga persatuan dan kesatuan.

"Pemilu yang damai, sejuk, boleh beda pilihan boleh, tetap menjaga kesatuan dan persatuan. Tidak boleh pemilu faktor perpecahan," kata Ketua Umum PBNU itu.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Jangan Tebar Kebencian

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Helmy Faisal Zaini menyinggung perilaku dakwah yang diselipi ujaran kebencian. Menurutnya, pendakwah demikian jauh dari tuntunan Nabi Muhammad SAW.

"Jadi kalau sekarang bertebaran ada orang-orang yang mengatasnamakan syiar Islam, tapi dalam dakwahnya hobinya hanya menebar kebencian menebar teror menebar permusuhan hampir kita pastikan ini jauh dari tuntunan Nabi Besar Muhammad," ujar Helmy, Rabu (14/11/2018).

Hal itu ia sampaikan dalam peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan cawapres Ma'ruf Amin di kediamannya, Jalan Situbondo, Menteng, Jakarta Pusat. Helmy menjelaskan, Nabi Muhammad SAW mengajarkan Islam sebagai agama yang ramah, tidak marah.

"Islam adalah agama yang merangkul bukan memukul. Islam adalah agama yang mengajak bukan mengejek," ucapnya.

Dia menambahkan, dakwah Islam di Indonesia adalah dakwah yang ramah. Inilah, yang menurut dia, menjadi bukti kebesaran Indonesia sebagai negara muslim terbesar.

 

 

Reporter: Intan Umbari Prihatin

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya