Bolehkah Dzikir Sambil Berjalan atau Nyetir? Ini Penjelasan Ustadz Adi Hidayat

Menurut Ustadz Adi Hidayat, dzikir tidak selalu harus dilakukan dalam kondisi duduk tenang di atas sajadah. Al-Qur'an sendiri memberi isyarat bahwa dzikir bisa dilakukan sambil berdiri, berjalan, bahkan di tengah aktivitas.

oleh Liputan6.com Diperbarui 12 Apr 2025, 10:30 WIB
Diterbitkan 12 Apr 2025, 10:30 WIB
Pendakwah muda, Ustadz Adi Hidayat
Pendakwah muda, Ustadz Adi Hidayat... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Dalam kehidupan modern yang serba cepat, banyak orang merasa kekurangan waktu untuk menjalankan ibadah secara maksimal. Bahkan, dzikir pun kadang terabaikan karena rutinitas yang padat dan terburu-buru.

Salah satu pertanyaan yang kerap muncul di kalangan Muslim urban adalah, apakah boleh berdzikir sambil jalan atau bahkan ketika menyetir mobil? Pertanyaan ini cukup relevan dengan gaya hidup kekinian.

Untuk menjawabnya, pendakwah muda Muhammadiyah Ustadz Adi Hidayat (UAH) memberikan penjelasan mendalam dalam salah satu ceramahnya. Ia membahas pentingnya dzikir meskipun dalam keadaan sibuk sekalipun.

UAH  menegaskan bahwa setelah menunaikan sholat, umat Islam sangat dianjurkan untuk langsung berdzikir. Aktivitas ini merupakan bagian penting dari rangkaian ibadah yang tidak boleh diremehkan.

UAH mengurai dalil serta hikmah di balik anjuran berdzikir dalam berbagai kondisi. Menurutnya, dzikir tidak selalu harus dilakukan dalam kondisi duduk tenang di atas sajadah. Al-Qur'an sendiri memberi isyarat bahwa dzikir bisa dilakukan sambil berdiri, berjalan, bahkan di tengah aktivitas.

“Kalau memang sesibuk itu, maka dzikir bisa dilakukan sambil jalan, sambil berdiri, bahkan sambil menyetir,” ujar Ustadz Adi Hidayat, dirangkum dari video yang tayang di kanal YouTube @Hasanahislamofficial, Jumat (11/4/2025).

Ia mencontohkan bahwa setelah sholat Subuh misalnya, banyak orang langsung terburu-buru menuju aktivitas duniawinya. Padahal dzikir bisa tetap dijalankan dalam perjalanan.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Bagaimana, Dzikir Boleh Sambil Berjalan?

Ilustrasi jalan kaki pagi, joging
Ilustrasi jalan kaki sambil berdzikir. (Photo by Umut Sarıalan from Pexels)... Selengkapnya

Dengan begitu, dzikir tidak harus dikorbankan demi kesibukan. Justru sebaliknya, dzikir harus disisipkan di tengah kesibukan agar kehidupan dunia dan akhirat tetap seimbang.

Ustadz Adi mengingatkan bahwa dzikir adalah penghubung hati dengan Allah. Maka ketika hati selalu berdzikir, ruhani akan terjaga, sekalipun raga sedang aktif bergerak.

“Manfaat dzikir itu banyak. Bukan hanya menjaga hati tetap hidup, tapi juga membuat aktivitas kita bernilai ibadah,” jelasnya.

Beberapa dzikir ringan seperti istighfar atau tasbih sangat bisa diucapkan berulang-ulang dalam perjalanan. Ustadz Adi mencontohkan bacaan seperti “astagfirullah, astagfirullah” sebagai contoh sederhana yang kuat pengaruhnya.

Aktivitas seperti menyetir mobil atau berjalan kaki tidak menghalangi seseorang untuk berdzikir, selama itu dilakukan dengan penuh kesadaran dan tetap menjaga keselamatan.

Dalam perspektif syariat, dzikir tidak disyaratkan harus dalam posisi tertentu. Hal ini dijelaskan juga dalam banyak ayat yang memerintahkan dzikir “fi qu’udikum wa ‘ala junubikum”.

Artinya, dzikir bisa dilakukan dalam keadaan berdiri, duduk, bahkan berbaring. Maka berdzikir sambil jalan atau mengemudi bukan hanya dibolehkan, tapi justru sangat dianjurkan jika itu satu-satunya cara agar dzikir tetap hidup.

Berdzikir untuk Meraih Ketenangan

Ilustrasi Menyetir, Mengemudi Mobil
Ilustrasi Menyetir, Mengemudi Mobil sambil berdzikir. Photo by Art Markiv on Unsplash... Selengkapnya

Ustadz Adi menekankan bahwa orang yang senantiasa berdzikir akan mendapatkan ketenangan dalam hatinya. Ini sesuai dengan firman Allah dalam surah Ar-Ra’d ayat 28.

Ayat tersebut menyebutkan: “Alaa bi dzikrillahi tathma’innul quluub”, yang artinya “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.”

Ketika hati tenang, maka keputusan-keputusan dalam hidup pun lebih terarah. Bahkan saat menyetir, ketenangan ini bisa menjauhkan seseorang dari emosi dan bahaya di jalan.

Lebih dari itu, dzikir juga menjadi perisai dari bisikan-bisikan negatif. Ia mampu menjadi tameng agar hati tidak mudah goyah dan terpengaruh oleh hal-hal duniawi.

Pesan penting dari Ustadz Adi adalah untuk tetap menjaga kontinuitas dzikir dalam segala kondisi. Karena dengan begitu, kehidupan akan selalu berada dalam naungan cahaya ilahi.

Dengan pemahaman ini, maka tidak ada alasan lagi untuk meninggalkan dzikir, meskipun waktu terasa sempit dan aktivitas begitu padat. Sebab dzikir bisa mengiringi langkah kapan pun dan di mana pun.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya