Kampanye di Banyuwangi, Jokowi Cerita Masa Muda ke Generasi Milenial

Jokowi berpesan anak-anak muda harus berani ambil risiko. Namun risiko harus dikalkulasi.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 25 Mar 2019, 19:15 WIB
Diterbitkan 25 Mar 2019, 19:15 WIB
Debat Pilpres 2019
Capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo atau Jokowi (kiri) dan Ma'ruf Amin saat memaparkan visi misi dalam debat Pilpres 2019, Jakarta, Kamis (17/1). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Banyuwangi - Calon Presiden (Capres) nomor urut 01 Jokowi Widodo atau Jokowi menceritakan kisahnya yang harus jatuh bangun dalam merintis karier. Kisah itu disampaikan untuk memberikan semangat pada anak muda Banyuwangi, Jawa Timur agar tidak takut memulai usaha.

Dia ingin anak muda tidak pesimistis karena tidak memiliki modal dan peluang usaha. Karena modal yang paling penting adalah kepercayaan.

"Anak muda jangan pesimis dulu, anak muda jangan kalah sebelum perang, anak muda jangan seperti itu. Kita membutuhkan anak muda yang tangguh, tahan banting, jatuh bangkit lagi, jatuh bangkit lagi, itulah yang justru yang namanya pendidikan di lapangan," tutur Jokowi, Senin (25/3/2019).

Memulai ceritanya, pada tahun 70-an, rumah Jokowi dan keluarganya yang berada di dekat bantaran sungai digusur. Saat itu dia tidak diberi ganti rugi. Sehingga dia dan keluarganya harus ikut menumpang di rumah pamannya.

Kurang lebih dua tahun Jokowi dan keluarganya hidup menumpang. Setelah itu, Jokowi dan Keluarga harus tinggal di rumah kontrakan dan berpindah-pindah rumah hingga 4 atau 5 kali. Jokowi kecil tidak pernah membayangkan bisa sekolah apalagi sampai kuliah.

Dia kemudian sempat bekerja di sebuah BUMN yang ada di Aceh selama dua setengah tahun hingga akhirnya dia kembali ke Solo dan memulai usaha.

"Peluang usaha dan modal akan kita dapatkan kalau kita dipercaya orang, bank, pembeli, konsumen. Jadi modal yang saya miliki adalah kepercayaan, tidak ada yang lain. Agunan nggak punya, modal nggak punya. Saya tidak memiliki akses ke sektor keuangan," kata dia.

Jokowi mengaku memulai usahanya dengan berjualan di tingkat lokal. Pada tahun kedua, dia sudah bisa jualan di skala nasional. Dan pada tahun ketiga sudah bisa ekspor dengan mengirim 1 kontainer dalam 3 bulan.

Pada tahun kedua, saat pameran internasional di Singapura dia mendapatkan pesanan yang besar. Dalam sebulan harus mengirim 18 kontainer.

Padahal saat itu, dia hanya mampu mengirim 1 kontainer dalam 3 bulan. Namun permintaan itu tetap diterimanya walaupun sempat bingung untuk menyelesaikan pesanan itu.

Hingga akhirnya Jokowi mengaku membagi pesanan tersebut kepada teman-temannya. Dan, dalam sebulan bisa mengekspor hingga 12 kontainer. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Harus Berani Ambil Risiko

Capres petahana ini berpesan anak-anak muda harus berani ambil risiko. Namun risiko harus dikalkulasi. Banyak peluang bagi anak muda dengan adanya perubahan global.

Peluangnya sangat banyak tapi menbutuhkan kerja keras. Salah satunya memperbaiki ekosistem offline.

"Karena selama ini lebih banyak yang konsen pada online sementara offline-nya tidak digarap. Jika ekosistem online digabungkan dengan ekosistem offline, keduanya akan menjadi sebuah kekuatan besar," kata dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya